Saya akan mengibaratkan kaum yang saya sebut Neo-Millenial, sebelum itu, saya akan memberikan postulasi asumsi pada para pembaca akan pembagian generasi hari ini kepada beberapa golongan, yakni :
- DE-Millenial, Yakni Generasi muda hari ini yang sudah terpapar ilusi hedonisme-egosentris, sehingga hidup mereka agaknya kurang berguna bagi nusa dan bangsa, mereka itu yaitu generasi muda yang sangat apatis terhadap bangsa, sekaligus apatis pada masa depannya
- Millenial, Yakni Generasi muda hari ini yang mulai sadar akan suatu benih masa depan yang harus di tanam dan di siram, mereka ini adalah golongan yang masih lumayan sama dengan kaum DE-Millenial, tapi bedannya mereka masih memiliki kesadaran akal.
- Neo-Millenial, Agak panjang, saya akan coba jelaskan di bawah menggunakan suatu pengibaratan.
Neo-Millenial
 Kayak menanam wit gedhang (saya tak mau berdebat dengan orang sunda), ada yang layu dan jelek, ada yang berbuah dan jadi, wit gedhang yang jadi-pun disebut wit gedhang yang bagus, yang jelek akan dibuang karena tak lagi berguna, sama saya rasa dengan generasi, peradaban adalah konsep ontologis-historis yang menanam pikiran, ada yang baik dan busuk, yah tau sendiri-lah yang busuk bakal diapain.
 Disinilah tanaman peradaban yang baik akan terus menguntungkan-nya, karena ia akan selalu menyumbang ilmu pengetahuan dan kemajuan seperti buah-buahan. Kalau pada konsepsi millenial ini, saya akan mengibaratkan millenial seperti tanaman, yang hedon dan menghabiskan beras tapi gak berguna menjadi tanaman busuk, yang berjuang, belajar, berkarya dan menyumbangkan kemajuan menjadi tanaman baik yang bermanfaat, tanaman baik inilah yang saya sebut Neo-Millenial.
 Generasi Neo-Millenial ini yang akan menjadi harapan bangsa di suatu masa depan nanti, karena mereka memiliki kesadaran,keilmuan dan plan yang cukup untuk  pergerakan yang membangun di masa mendatang, generasi Neo-Millenial ini banyak saya temukan di suatu pondok pesantren Muhammadiyah di Garut bernama Daarul Arqam.
Kenapa harus di bedakan?
 Karena untuk membangun suatu agenda pembaharuan dan perbaikan yang baik, sangat-lah diperlukan suatu asas metodis untuk mengawalinya, metode membagi inilah salah satunnya, karena dengan membagi-lah manusia akan mengetahui siapa yang memperlukan perbaikan dan siapa yang akan di perbaiki. Saya yakin di antara para pembaca yang generasi muda, pasti-lah generasi Millenial dan Neo-Millenial, karena tak mungkin generasi De-Millenial akan repot-repot membaca tulisan ini, kalau-pun ia membaca, ia akan otomatis menjadi kaum Millenial.
Pesan saya untuk generasi Millenial dan Neo-Millenial :
"Segeralah sadarkan kawanmu cukup dengan ajak dia berfikir dan melakukan pergerakan, gunakan-lah akal agar melek rekayasa sosial, ketika itu bangsa kita baru siap melaju di era global"
Pesan saya untuk generasi De-Millenial, walau mungkin tak terbaca :
"Cobalah hidup yang sedikit berguna"
Sebarkan ini pada seluruh elemen generasi muda, agar bangsa tak kehilangan harapannya, terimakasih, menerima kritik dan saran