Mohon tunggu...
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rafi Azzamy Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pelajar

Menjadi manusia yang bersyukur dengan cara bernalar luhur dan tidak ngelantur | IG : @rafiazzamy.ph.d | Cp : 082230246303

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengenang Gestapu: PKI Bukan Marxisme Orisinil dan Komunisme Riil

30 September 2020   15:08 Diperbarui: 1 Oktober 2020   04:31 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber-sumber gambar: new-democrats.com - insideindonesia.org

Bulan ini, hari ini, 55 tahun lau, tepatnya pada tanggal 30 September 1965, kita sebagai bangsa bangsa Indonesia sama-sama tahu sebuah peristiwa hitam yang ditulis sejarah menggunakan darah sebagai tinta. Yap, benar sekali, itulah peristiwa G30S/PKI atau biasa disebut sebagai Gestapu/Gestok, puncak pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berusaha mengkudeta dengan cara menyingkirkan 7 Jendral yang menurut mereka menghalangi pemberontakan mereka, di antarannya yakni Letjen Ahmad Yani, Mayjen.R.Soeprapto, Brigjen Soetojo, Brigjen Pandjaitan, Mayjen S Parman, Jendral A.H.Nasution (digantikan oleh Pierre Tendean).

Peristiwa itulah yang menyebabkan bangsa kita mengharamkan Partai Komunis Indonesia (PKI) beserta ideologinya, untuk berdiri di negeri kita tercinta ini, di sini saya mungkin takkan menjelaskan panjang-panjang mengapa PKI memberontak, karena hal itu tentunya sudah diajarkan di sekolah dasar. Yang saya bahas di artikel ini akan benyak menyinggung PKI secara ideologisnya, apakah masih orisinil dengan asas fundamental ideologinya? atau justru menyeleweng dari sana? Sudah kita ketahui dengan pasti bahwa PKI berhaluan komunisme, di mana komunisme sendiri diinisiasi oleh Karl Marx, sekarang kita akan langsung memasuki asal-usul pemikiran Marx tentang komunis ini.

Pemikiran Karl Marx sendiri dibakukan oleh Friedrich Engels dan Karl Kautsky menjadi Marxisme, di mana ia (Marxisme) berfokus pada Ideologi perjuangan Kaum buruh. Ajaran itu sendiri mencapai pembakuannya ketika Partai Komunis Rusia dibawah Lenin sejak revolusi oktober 1917, sehingga ajaran Marxisme dan Leninisme menjadi ideologi resmi kaum komunis. Padahal kita juga mengetahui betul bahwa Lenin adalah pemimpin yang kejam dan totaliter sekali, bahkan dalam buku "Matine Gusti Allah" karangan Taufiq Ismail, di buku itu disebutkan bahwa Lenin pernah berkata :

"Aku lebih baik berada diatas mayat 2/3 penduduk bumi, asalkan 1/3-nya komunis" 

Sebab itulah, hingga saat ini ajaran-ajaran Komunisme milik Marx diterjemahkan orang banyak sebagai ajaran yang menakutkan dan dogmatis. Padahal menurut Michel Hurrington, Marx sangatlah menginginkan kebebasan berfikir dan mengutuk dogmatisme, disinilah masyarakat ramai-ramai menolak ajaran Marx, karena dianggap sadis, peristiwa Gestapu contohnya. Di sinilah yang akan saya coba kupas secara ideologis, apakah PKI yang begitu dogmatis masih menjadi Marxisme Orisinil dan Komunisme Riil sesuai ajaran Marx.

Sebelum memasuki pembahasan Utama, saya akan menceritakan sedikit kisah perihal awal-mula saya mengatakan bahwa PKI itu bertentangan dengan Marxisme yang orisinil dan komunisme yang riil.

Kala itu, saya sedang mencoba berdiskusi dengan seorang dosen sosiolog UI (tak saya sebutkan namanya), lewat DM Instagram saya sedikit menanyakan tentang komunisme, yang membuat saya terkejut ialah ketika beliau mengatakan bahwa Komunisme sekarang sudah menyeleweng jauh dari ajaran Marx, karena Marx menurut Erich Formm sama sekali tak mengajarkan perihal kudeta atau-pun negara, baik dalam manifiesto komunis, materialisme dialektis, maupun paradigma-paradigma lainnya (mungkin ada yang disebut sebagai diktator proletariat, tapi konsep itu sendiri juga dogmatis secara ideologis, walau itu dapat dijadikan asas metodisnya, apabila tak diajarkan tanpa paksaan). Kalau memang benar begitu, tentunya Lenin hingga Musso sudah salah kaprah perihal ini, disini saya ingin mendapatkan suatu sudut pandang lain tentang Marxisme, saya-pun bertanya pada admin suatu Lembaga yang membahas tentang Marxisme.

Mereka mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Lenin, Stalin, Mao dan semacamnya tak ada salahnya. Karena itu merupakan proses transisi untuk mewujudkan cita-cita masyarakat tanpa kelas yang diusung oleh Marx, lalu kudeta itu diperbolehkan selama yang dikudeta ialah rezim yang borjuis.

Daripada saya bingung mau milih yang mana, saya-pun memutuskan untuk menanyakan hal tersebut kepada buku di perpustakaan, lalu saya menemukan sesuatu yang seru disini. Dalam tulisan Erich Fromm berjudul "Marx concept of Man" dijelaskan bahwa Marx percaya bahwa manusia itu produktif dan independen (bisa bekerja untuk dirinya tanpa alasan), sedangkan Lenin tak mempercayai hal tersebut, menurutnya manusia harus dependen pada pemimpin agar bisa melakukan revolusi.

Fromm juga menjelaskan bahwa tujuan Marx adalah membentuk masyarakat sosialis yang tertata sedemikian rupa, yaitu masyarakat yang tak ingin mengambil keuntungan dan melakukan privatisasi atas kepemilikan, lalu perkembangan kemampuan manusia menjadi tujuan Utama mereka. Lalu dimana pertentangannya? Sudah kita ketahui Bersama bahwa Negara adalah representasi kapitalisasi yang tertata rapi dan apabila komunisme beriringan dengan kapitalisme, maka itu sama sekali bertentangan dengan tujuan asli Marx.

Di sini kita dapat membenarkan Tan Malaka, lalu menyalahkan Musso Cs yang mendirikan "Republik Soviet Indonesia", karena hal tersebut menyeleweng dari ajaran Marx, hehe. Saya juga tak yakin kalua orang PKI benar-benar membaca dan memahami Das Capital yang disebut-sebut sebagai kitab suci komunis tersebut, karena mereka (PKI) melakukan pembantaian dan kudeta, di mana hal tersebut sangat bertentangan dengan konsep manusia yang independen dengan kesadaran milik Marx.

Mungkin alasan pembantaian, kudeta dll, oleh kaum leninis atau stalinis, yang dianut oleh orang-orang PKI, diartikan sebagai proses transisi menuju cita-cita masyarakat tanpa kelas, karena dengan berkuasa, maka semakin mudah pula mendirikan suatu negara atau semacamnya tanpa kaum borjuis dan mendukung kesejahteraan kaum protletar. Secara logis bisa saja hipotesis tersebut dikatakan benar, tapi mereka lupa mendemakrasikan antara deduksi logis (logika) dan Induksi Empiris (sejarah) pada argument mereka, sehingga yang demikian mereka lakukan sudah melupakan asas fundamental dan fenomena historis dari ideologi komunis maupun marxis.

Marx akan menangis melihat ini, karena akibat perilaku Lenin, Stalin, hingga Musso dengan PKI-nya. Marx-pun dicap sebagai seorang filsuf yang sadis dan tak memiliki empati etis oleh kebanyakan ummat manusia di seluruh dunia.

Dan memang perlu diingat, betapa banyaknya dosa PKI dan Orba di negri ini, karena demi kepentingan politis, juta-an manusia berbangsa Indonesia harus terbunuh dengan sadis, semoga hal tersebut tak terulang lagi di negri kita yang tercinta ini.

Terimakasih, bila ada salah kata dan semacamnya, saya mohon maaf sebesar-besarnya, tentunya saya juga menerima kritik dan saran di kolom komentar, jangan lupa bila bermanfaat bagikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun