Bahkan sekelas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga seorang ahli filsafat looh, kalau tidak ahli, bagaimana beliau membantah logika-logika filsafat yunani kuno secara teologi dan rasional? Untuk membantah suatu argumen filosofis, kita juga harus menggunakan hal yang serupa. Aneh saja kalau Ibnu Taimiyah diharamkan hehe, Ibnu Taimiyah mungkin jika mengetahui pengharaman filsafat ini, beliau akan pesimis terhadap perkembangan intelektual ummat islam hehe.Â
Sekarang akan saya bantah secara Saintifik dan Etik, ketika kita masuk kedalam suatu paradigma dan ruangan sains, tak terhindarkan bagi kita untuk menggunakan penalaran dan logika kita. Sedangkan telah kita ketahui bersama, bahwa logika adalah cabang dari filsafat, gampangannya, jikalau ada yang mengharamkan filsafat, maka ia juga mengharamkan penalaran dan logika, karena keduannya merupakan bagian dari filsafat, otomatis secara tautologis, ia mengharamkan kemajuan ummat manusia, karena manusia dapat berkembang sejauh ini disebabkan oleh penalaran yang signifikan.Â
Memasuki bidang etis, sudah kita ketahui bersama bahwa etika juga bagian dari filsafat. Dalam Al-Qur'an, bila kita memahaminnya, banyak sekali ayat-ayat yang memasuki dimensi Meta-Etika untuk menuntun manusia melakukan suatu perbuatan moral yang dikata baik. Bahkan sampai sekarang, ketika saya menggunakan Meta-Etika untuk menyikapi suatu persoalan, pasti saya tautkan pada Al-Qur'an. Karena Al-Qur'an sangat penuh dengan kalimat-kalimat estetis dan filosofis, kalau ada yang mengharamkan filsafat, apakah anda juga mengharamkan Al-Qur'an sebagai kitab suci anda?.Â
Terakhir, hendaklah kita bertindak seperti berfikir, juga sebaliknya, hendaklah kita berfikir seperti bila mana kita bertindak.Â
Terimakasih telah membaca, bila bermanfaat bagikan, Â menerima kritik dan saran.Â