Mohon tunggu...
Muh Ibnu Sina
Muh Ibnu Sina Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Psikolog Klinis/RSUD Hj Anna Lasmanah Banjarnegara/Anggota Ikatan Psikolog Klinis Wilayah Jawa Tengah

Satu Satunya Pria Psikolog Klinis yang Eksotis Item Manis Tanpa Pemanis Buatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bahagia Itu Sederhana, Ah Masa?

12 Oktober 2020   12:54 Diperbarui: 12 Oktober 2020   12:58 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebagian orang merasa kalau bahagia itu sederhana. Namun, ada pula yang beranggapan kalau bahagia itu sangat sulit terasa. Orang dengan tekanan psikologis seringkali merasakannya. 

Tekanan psikologis seakan menutupi rasa kebahagiaan itu. Oleh karenanya, tak jarang orang dengan tekanan psikologis mudah cemas, putus asa, dan menyerah.

Apa sih bahagia itu ? Menurut KBBI (2016), yakni suatu keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Bahagia dapat disebut kondisi menyenangkan (happiness), sejahtera, beruntung, kondisi baik (well-being). Banyak orang mengartikan kebahagiaan ini menjadi beragam arti. 

Ada yang memaknai bahagia karena materi, namun tak sedikit orang yang notabene tidak bermateri juga merasakan kebahagiaan itu. Inilah yang menjadikan makna bahagia itu luas, subjektif, tidak mutlak atau nisbi. Secara sederhana, kita bisa menanyakan arti bahagia pada setiap orang apakah dirinya bahagia atau tidak.

Para penganut filsafat Stoa (Manampiring, 2019) mempercayai bahwa bahagia merupakan suatu kondisi ketiadaan gangguan. Bahagia itu tiadanya penderitaan, emosi netral dari beragam hasrat atau nafsu (amarah, kecewa, rasa pahit, dan rasa iri hati).

Sederhananya, bahagia itu terwujud manakala kita terbebaskan dari emosi negatif atau segala perasaan yang mengganggu. Emosi negatif itu seringkali muncul akibat beragam hasrat/keinginan yang tidak terpenuhi.

Selaras dengan makna tersebut, seorang filosuf Jawa Ki Ageng Suryomentaram (Sugiarto, 2015) mengejowantahkan mengenai rasa bahagia seringkali mulur-mungkret yang dipengaruhi oleh hasrat/keinginan (karep). 

Jika seseorang dapat mewujudkan hasratnya, maka bisa jadi mulur (lapang, bahagia). Begitu sebaliknya, apabila seseorang gagal mencapai hasratnya, maka orang itu akan mungkret (sempit, sedih) . 

Ki Ageng Suryomentaram juga menegaskan bahwa tidak ada yang mutlak di dunia ini termasuk dengan rasa bahagia dan rasa susah.  "Hidup itu isinya adalah raos bungah (bahagia) dan raos susah yang posisinya saling bergantian".

Kebahagiaan ini sangatlah penting bagi setiap orang. Rasa bahagia bermanfaat besar bagi seseorang, baik fisik maupun psikologisnya. Orang dengan tekanan psikologis akan mampu mengatasi beragam tekanannya kalau merasakan kebahagiaan. Kondisi bahagia menjadikan orang semakin percaya diri, bersemangat, dan tangguh.

Lantas, bagaimana kebahagiaan itu terasa sederhana? Ada 4 cara menjadikan bahagia itu sederhana, yakni :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun