Mohon tunggu...
Muh Ibnu Sina
Muh Ibnu Sina Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Psikolog Klinis/RSUD Hj Anna Lasmanah Banjarnegara/Anggota Ikatan Psikolog Klinis Wilayah Jawa Tengah

Satu Satunya Pria Psikolog Klinis yang Eksotis Item Manis Tanpa Pemanis Buatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bahagia Itu Sederhana, Ah Masa?

12 Oktober 2020   12:54 Diperbarui: 12 Oktober 2020   12:58 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesadaran penuh ini merupakan sebuah proses untuk membawa kembali kualitas perhatian menjadi sebuah pengalaman dari waktu ke waktu, dari suatu tempat ke tempat lain (Irwanto & Kumala, 2020).  Individu akan menyelaraskan antara diri sendiri dengan lingkungannya pada momen tersebut.

Bagaimana caranya? Hadir "di sini dan saat ini" sederhananya dapat dengan sengaja memusatkan pikiran pada aktifitas sekarang.  Seringkali, pikiran kita tidak terpusat pada aktifitas sekarang mungkin karena aktifitas itu sudah otomatis, terbiasa, rutin, dan sebagainya (Irwanto & Kumala, 2020).

Nafas disyukuri (NA) 

Kapan terakhir kita merasakan keberadaan nafas? Kapan menyadari adanya hembusan dalam hidung hingga masuk dalam tubuh? Seberapa sering kita menyadari masuk -- keluarnya udara dalam setiap nafas kita? Sadarkah, Berapa kali kita bernafas dalam satu menit? Bagaimana rasanya bisa bernafas dengan bebas? 

Bernafas adalah sebuah keniscayaan. Setiap nyawa pasti bernafas. Hanya saja, kehadiran nafas ini seringkali tidak disadari karena sudah menjadi sangat biasa dalam kehidupan. Nafas jarang dirasakan sepenuhnya. Jika seseorang sudah menyadari nafas tersebut, sangat mungkin dirinya akan mensyukuri bahwa ia bisa bernafas.

Dapat dikatakan, nafas yang disyukuri merupakan awal terciptanya kebahagiaan. Menyadari dan mensyukuri nafas dapat menjadi landasan awal seseorang mindful. Dengan menyadari dan mensyukuri nafas, seseorang juga dapat berproses menghadirkan diri berada pada tempat dan situasi sekarang.

Jika keempat hal di atas menjadi kebiasaan kita, maka akan mempermudah kita mendapatkan kebahagiaan. Senang berafirmasi positif (SE), Derma pada sesama (DER), Hadirkan diri "di sini dan saat ini" (HA), dan Nafas disyukuri (NA). SEDERHANA, bukan ?

Referensi 

Irwanto dan Hani Kumala. 2020. Memahami Trauma : Dengan Perhatian Khusus pada Masa Kanak -- Kanak. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Manampiring, Henry. 2019. Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno Untuk Mental Tangguh Masa Kini. Jakarta: Kompas

Sugiarto, Ryan. 2015. Psikologi Raos: Saintifikasi Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram. Yogyakarta : Pustaka Ifada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun