Mohon tunggu...
Muhammad Harun Arrasyid
Muhammad Harun Arrasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Universitas Airlangga

Memiliki ketertarikan kuat terhadap isu-isu seputar dunia investasi dan lingkungan. Saat ini tengah serius mengembangkan hardskill photography, digital marketing dan desain grafis dengan harapan dapat mencapai kebebasan finansial di usia muda. Lebih memilih bekerja atau belajar di situasi yang tenang, mengisi energi melalui refleksi diri, nonton film dan series serta bercengkerama dengan teman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Budaya Jepang dari Kacamata Lain: Benarkah Budaya Anime Merupakan "Budaya Impor" yang Toksik?

23 Juni 2022   17:30 Diperbarui: 12 Desember 2022   02:15 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Dex Ezekiel on Unsplash (Source: https://unsplash.com/photos/IxDPZ-AHfoI)

Selain itu, menggeneralisasi pandangan bahwa semua yang menonton anime memiliki kepribadian pemalas, asosial ataupun beban bukanlah cara berpikir yang tepat. Saat ini sudah banyak hadir komunitas-komunitas pecinta anime yang terus berkembang menunjukkan eksistensinya di kota-kota besar Indonesia dengan segala kegiatan event menariknya. Mereka berusaha mencoba mengubah stigma masyarakat dengan aksi nyata kegiatan sosial sehingga masyarakat tidak memiliki alasan lagi menyebut para pecinta anime sebagai orang yang tidak memiliki keterampilan sosial.

Di Jepara, ada Komunitas Anime Kota Ukir (KAKU) yang mengadakan aksi bakti sosial untuk korban bencana di Banten. Kemudian ada Itasha Community Surabaya yang juga penggiat otomotif rutin mengadakan program pelatihan berkendara dan bakti sosial untuk warga setempat. Puncaknya pada 21-22 Agustus 2021 lalu, Animeland yang merupakan Festival Anime Virtual Terbesar 2021 sukses menyedot perhatian publik dengan keseruan dan kemegahan acaranya. Terakhir event Animetoku 2022 di Mall of Indonesia di Jakarta yang terselenggara belum lama ini juga merupakan salah satu event yang ditunggu-tunggu banyak pecinta pop culture Jepang di kota Jakarta dan kota-kota besar di sekitarnya karena diisi dengan berbagai kegiatan seru seperti pameran anime, bazaar penjualan barang-barang hobi, talkshow dan gathering, penampilan bintang tamu, serta kompetisi dan cosplay show.

Sedikit contoh di atas sudah cukup membuktikan bahwa menggeneralisasi stigma negatif terhadap seluruh penikmat anime merupakan suatu hal yang keliru, tidak sedikit orang yang justru menjadikan anime sebagai tempat, wahana, kesempatan untuk berkembang menjadi pribadi lebih baik. Walaupun fakta keberadaan para penikmat anime yang berkepribadian tertutup sehingga menimbulkan pandangan negatif masyarakat merupakan fakta yang tidak terbantahkan, namun peran komunitas yang sehat dapat membantu menangani hal seperti ini. Komunitas yang sehat merupakan komunitas yang tiap anggotanya memiliki sense of community tinggi. Komunitas yang dilatarbelakangi oleh kesamaan ketertarikan akan mudah mendorong anggotanya untuk lebih mengembangkan gaya komunikasi yang bersifat terbuka.

Pada akhirnya, baik ataupun buruknya pengaruh anime dalam kehidupan khususnya dalam menjaga keutuhan negara dikembalikan ke tiap individu masing-masing. Selama mampu memahami batasan-batasan yang tidak boleh dilewati dalam mengekspresikan ketertarikan kepada anime, anime tidak akan menyebabkan perpecahan di antara masyarakat. Bahkan di tangan pihak yang tepat, anime mampu menjadi sarana penyalur kebermanfaatan bagi khalayak luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun