Mohon tunggu...
Muh Asyrofi
Muh Asyrofi Mohon Tunggu... Insinyur - Insinyur

Seorang Insinyur di Perusahaan Bidang Energi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dekarbonisasi Industri Petrokimia Menuju NZE 2060

3 Januari 2024   16:33 Diperbarui: 3 Januari 2024   16:55 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam skenario CTS, diproyeksikan bahwa emisi CO2 pada tahun 2050 haruslah lebih rendah 60% dibandingkan dalam skenario RTS, dengan peningkatan demand pada sektor kimia primer hingga 30% pada tahun 2030 dan 40% pada tahun 2050.

Untuk mencapai target dalam skenario CTS tersebut, penerapan CCUS merupakan langkah utama yang harus segera dilaksanakan untuk mengurangi emisi CO2 setidaknya sebesar 35% dari total pengurangan emisi CO2 tersebut. Pengalihan dari batubara ke gas diperlukan untuk  mengurangi emisi CO2 sebesar 25% dari total pengurangan emisi. Efisiensi energi, state of the art teknologi, integrasi proses dan operasional yang efektif diharapkan dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 25% dari total pengurangan. Selain itu, penggunaan alternatif feedstock dan recycle diharapkan mengurangi emisi CO2 hingga 15% dari total pengurangan. Berikut ini diagram bauran pengurangan emisi CO2 dari total pengurangan tersebut (60% lebih rendah dari skenario RTS):

dokpri
dokpri

Gambar 5: Diagram Pengurangan Emisi CO2 dalam Skenario CTS [1]

Dari dua skenario yang telah dikeluarkan IEA di atas, skenario CTS adalah skenario yang sejalan dengan program dekarbonisasi, dan sejalan pula dengan perjanjian Paris untuk menuju NZE 2050. Perkiraan investasi kumulatif yang diperlukan dalam skenario CTS untuk produksi kimia primer adalah sekitar USD 1,5 Triliun pada tahun 2050, lebih rendah dibandingkan investasi kumulatif untuk skenario RTS sebesar USD 1,7 Triliun pada tahun 2050. Berikut ini perbandingan investasi kumulatif antara skenario CTS dan RTS:

dokpri
dokpri

Gambar 6: Investasi Kumulatif Skenario RTS dan CTS [1]

Dalam program dekarbonisasi sesuai skenario CTS, terdapat dua jenis teknologi utama sebagai penunjang alternatif feedstock sebagai pengganti bahan bakar fosil, yaitu bioenergi dan electricity [1]. Untuk sumber electricity, dapat menggunakan teknologi energi terbarukan terutama energi matahari, angin dan air.

C. Greig dalam “Getting to net-zero emissions” telah merumuskan lima pilar utama untuk mendukung program dekarbonisasi agar selaras dengan net-zero pathway, yaitu: [3]

  • Mengoptimalkan produktifitas energi melalui peningkatan efisiensi energi, pembangunan industri/proses yang hemat energi, dan membudayakan perilaku hemat energi
  • Dekarbonisasi sektor pembangkit listrik dengan mengganti energi fosil dengan energi terbarukan (solar, wind, biomass, hydro, nuklir, dll).
  • Elektrifikasi di sisi end-user, meliputi sektor transportasi dan alat pemanas (rumah tangga dan industri)
  • Dekarbonisasi sektor bahan bakar dan carrier energi dengan hydrogen, biofuel dan biomassa.
  • Implementasi CCUS.

Kelima pilar tersebut dapat dikombinasikan dengan skenario CTS di atas untuk menjalankan program dekarbonisasi di sektor industri petrokimia, sesuai dengan potensi sumber daya energi yang dimiliki oleh masing-masing negara / daerah.

Konteks Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun