Sore ditemani gerimis lembut, pijakan kaki menuju halaman parkir wisata religi Makam Sunan Giri Gresik. Tak sendiri, saya ditemani anak sulung. Sunan Giri merupakan salah satu anggota wali songo, penyebar agama Islam di Indonesia utamanya di Pulau Jawa.
Tokoh penguasa pertama Gresik itu miliki banyak penyebutan, Raden Paku, Prabu Satmata, Sang Hyang Giri Nata, Sultan Abdul Faqih, Ainul Yaqin dan Joko Samudra.
Masing-masing nama sangat berarti bagi warga Gresik. Ainul Yakin misalnya, dijadikan nama aula pertemuan kedinasan di Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik.
Gelora Joko Samudra merupakan stadion sepak bola, bisa dibilang pusat olahraga di Gresik. Bahkan Sunan Giri sendiri dinobatkan sebagai nama jalan di Kebomas Gresik. Â
Sunan Giri menantu dari anggota wali songo lainnya, yakni Sunan Ampel Surabaya. Silsilah keturunan Sunan Giri tertulis struktural panjang menurun, tepat terpampang di sebelah pintu masuk tempat wudu area makam. Banyak mengalami perubahan fisik. Makam Sunan Giri yang awalnya terpusat pada satu pintu masuk sekaligus keluar, kini diubah menjadi dua arah.
Jika Anda warga Gresik dan sekitarnya akan terbiasa memarkir kendaraan melewati pintu barat makam (jalan Sunan Prapen), hal ini dirasa lebih dekat. Namun, bagi para peziarah dari luar kota dan biasanya mengendarai mobil, dapat memarkir kendaraannya di parkir bawah.
Selanjutnya, peziarah bisa menekuni ratusan anak tangga  tuk mencapai puncak makam. Mengingat daerah Giri adalah perbukitan, maka tak ayal jika makam Sunan Giri berada pada ketinggian + 79 meter di atas permukaan laut.Â
Untuk menuju makam, Anda dapat memanfaatkan transportasi seperti ojek dan delman, bisa dijumpai di terminal bus Wisata Sunan Giri. Bagi rombongan bus jangan khawatir macet atau susah turunkan peziarah, dulu daerah sekitar Giri padat rentetan bus parkir di pinggir-pinggir jalan.
Kini, dobrakan solutif dari Yayasan Sunan Giri Gresik sigap menyikapi kondisi tersebut, beberapa tahun belakangan sudah tersedia terminal bus khusus peziarah.
Ratusan ojek tertata rapi di parkir bus. Pengendara memakai rompi biru, coklat, dan hijau. Mereka punyai rute berbeda. Ojek rompi coklat melintas jalan Sunan Prapen (pintu masuk selatan).
Ojek rompi hijau mengakhiri perjalanan di pintu utama atau parkir bagian bawah area makam, selanjutnya peziarah diantar ojek rompi biru menuju terminal.
Masing-masing warna rompi dikelola paguyuban yang berbeda. Pembagian rute dan besaran ongkos ojek telah disepakati antar paguyuban. Selain ojek dapat pula manfaatkan dokar atau delman.
Bedanya terletak pada tarif, jumlah penumpang, dan jalur menuju makam. Ojek bisa bonceng satu hingga dua penumpang, kisaran ongkos Rp4.000 sampai Rp8.000. Sedangkan dokar dapat dinaiki 4-5 peziarah dengan merogoh kocek Rp15.000 hingga Rp20.000.Â
Langkah kaki terkadang berhenti sejenak, ambil uang untuk sedekah orang-orang disekitar anak tangga. Para peminta sedekah itu kebanyakan sudah terorganisir. Sering saya melihat segerombolan orang peminta-minta turun dari angkot ataupun mobil pribadi dan didrop di area makam.
Namun, kemarin tatkala saya berkunjung ke makan, jumlah mereka jauh lebih sedikit dibandingkan satu tahun silam. Asumsi saya, ada perbaikan kebijakan terkait hal tersebut.Â
Menapaki pintu masuk utama, peziarah diarahkan mengikuti tanda panah merah besar nempel di dinding bebatuan putih. Belok kanan dan naiki sekitar sepuluh anak tangga. Kemudian belok kiri dan akan menjumpai puluhan botol minum terisi air berkah sumur dari kompleks makam.
Ada dua petugas penjaga stand air minum. Disamping itu, petugas akan mendata rombongan peziarah. Satu botol air minum tidak dipatok harga, peziarah diminta secara ikhlas masukkan sejumlah uang di kotak infaq yang telah disediakan.
Melewati pintu gapura khas Giri, mata saya menyapu atap yang dulunya belum ada sekarang sudah berdiri megah. Keluhan bagi peziarah yang sering kehujanan saat melantunkan doa. Maka sekali lagi, Yayasan Sunan Giri Gresik terus berbenah. Layaknya wisata religi lainnya, tempat ini dikelilingi kotak infaq. Harapannya selain berziarah juga bisa sisihkan sebagian harta. Dari pelataran, saya berjalan ke kanan menuju makam utama. Naiki tiga anak tangga keramik sedikit curam, tak lupa tundukkan kepala karena area makam lebih rendah dibanding ruang di dalamnya. Menuju pusara Sunan Giri, peziarah umum biasanya hanya diperbolehkan sampai bagian luar, meskipun sudah memasuki kuncup makam. Bagian dalam miliki pintu yang selalu terkunci. Akan dibuka apabila ada peziarah khusus seperti pejabat, ulama, kiai, dan orang penting lainnya. Samar terlihat di dalam kuncup hanya ada makam Sunan Giri. Nisan dilapisi kain beludru hitam dilengkapi tulisan arab dan latin "Sunan Giri R. Paku, lahir 1442  wafat 1506".  Di sebelah kanan pusara, terlihat dua kotak besi tersusun rapi.  Kotak hijau dan abu-abu. Berdasarkan penuturan juru kunci, kotak besi hijau itu digunakan untuk menyimpan beberapa benda bersejarah, seperti sajadah dan keris Sunan Giri. Keris Kolomunyeng  namanya. Konon, keris tersebut berasal dari pena. Saat Sunan Giri belajar ada serangan dari Majapahit, lalu dengan kuasa Allah pena tersebut dilempar kemudian berubah wujud menjadi keris yang memutar-mutar mengejar musuhnya. Menurut bahasa Jawa munyeng artinya mutar.Â
Pondasi kuncup makam terbuat dari bebatuan putih dan dinding gebyok kayu dengan detail ukiran indah dan rumit. Motif bunga mendominasi. Â Atap bangunan terdiri atas tiga lapis terbuat dari kayu mirip genteng. Keluar dari kuncup makam, saya sempatkan berkeliling sejenak. Berbagai sudut ruangan terdapat rak buku, seperti Alquran, kitab majemuk, maupun buku yasin dan tahlil.Â
Saya menyusuri kanan kuncup makam dan bertemu juru kunci. Pria berkumis berbaju army itu tidak menyebutkan nama, hanya memperkenalkan diri sebagai juru kunci dan bercerita sedikit tentang keris kolomunyeng. Sambil bercerita, beliau menunjuk deretan makam di samping belakangnya, yakni makam putra Sunan Giri (paling kanan: Sunan Dalem). Makam putra Sunan Giri lainnya, Raden Supeno berada di bukit Giri Kedaton.Â
Sedangkan istri Sunan Giri dimakamkan di sebelah kiri area kuncup. Beranjak dari juru kunci, saya telusuri puluhan makam di sekitar area. Sebelum memasuki tempat wudu, peziarah bisa menikmati segarnya air dari gentong-gentong yang telah disediakan. Gelas plastik warna-warni seolah siap digunakan peziarah, letaknya dekat gentong. Tak perlu keluarkan uang, air ini halal dan gratis. Seberang tempat wudu sudah terlihat tempat salat. Ukurannya cukup luas, bisa menampung kurang lebih lima belas jamaah.
Usai salat mahrib, saya menuju pintu keluar. Gapuro keluar ini menjadi ikonik kota Gresik. Batuan putih tersusun berundak, bagian atas terdapat ukiran. Turuni tangga, tepat diantara makam-makam tersebut terdapat kantor Yayasan Sunan Giri. Selain kantor yayasan, di area makam tepat di sebelah barat pintu masuk utama terdapat museum Sunan Giri. Sepuluh tahun lalu museum beralamatkan di Jalan Panglima Sudirman Gresik (sekarang Gallery Pudak/kawasan parkir shuttle  Makam Maulana Malik Ibrahim).
Keluar dari kawasan makam, deretan kios makanan, minuman, baju, mainan, asesoris, tasbih, sarung, dll. Kuliner khas Gresik yang bisa dijumpai adalah pudak. Â Jajanan tradisional itu terbuat dari campuran tepung beras, gula pasir atau gula jawa, serta santan kelapa. Kemasan kue manis tersebut cenderung unik yakni pelepah pinang. Varian pudak bermacam-macam, antara lain: sagu, coklat atau gula jawa, dan putih (gula pasir), dan juga pudak hijau (pandan).Â
Disamping pudak, mata saya tertuju pada kudapan di sebelahnya. Hampir seperti kupat atau ketupat. Makanan dari bahan dasar beras itu dibungkus daun kelapa muda atau biasa disebut janur. Namun, makanan yang saya tuju tidaklah dapat dijumpai di Gresik secara umum. Kuliner khas Giri ini hanya didapati di kompleks makam dan sekitarnya. Bahan baku dari ketan, gula merah, dan parutan kelapa serta dibungkus daun gebang. Gebang seperti palma atau sejenis lontar. Air campuran ketan bukanlah air biasa. Air ini bersumber dari sumur di daerah Giri. Satu liter air harganya sekitar Rp10.000. Tergolong mahal, karena sumur yang awalnya dua kini hanya satu saja yang produktif. Air keruh itu dinamai ketek. Maka, ketupat khas Giri itu disebut ketek. Saya keluarkan uang Rp15.000 untuk dua ketek. Ketek rasanya gurih dan tekstur kenyal sedikit lembek.Â
Ketek sudah di tangan, saya lanjutkan perjalanan pulang melintasi puluhan hingga ratusan kios pedagang. Jalan meliuk dan hampir saja putus asa. Kenapa lama dan tidak segera usai jajaran pedagang ini? Ternyata memang Yayasan Sunan Giri, memberikan peluang cukup luar biasa bagi para penduduk sekitar untuk mengais rejeki di kawasan makam. Mereka berjualan hampir 24 jam setiap harinya. Wisata religi ini semakin ramai jika mendekati ramadan. Malam 25 ramadan atau malam selawe merupakan malam puncak ramadan di Giri. Orang dari berbagai daerah berkunjung tuk ziarah dan itikaf di masjid Sunan Giri dengan harapan bertemu malam lailatul qadar. Rutin setiap malam selawe, Anda akan berjalan kaki sejauh 4 kilo meter. Jalan utama ditutup, dari perlimaan Kebomas menuju Makam Sunan Giri tidak ada kendaraan satu pun yang bisa melewatinya. Sepanjang jalan tersebut dipadati para pedagang. Ngalap berkahnya Kanjeng Sunan Giri.
Sebelum saya mengakhiri ziarah, satu hal yang bikin saya takjub. Di pertengahan anak tangga, terdapat sepasang arca atau patung kepala naga. Arca kepala naga oleh masyarakat disebut Naga Giri. Mengisahkan beradu kesaktian di antara Sunan Giri dengan seorang pertapa sakti dari lereng Gunung Semeru yaitu Begawan Minto. Masing-masing arca semuanya berada di bawah pohon beringin. 600 tahun silam arca kokoh berdiri hingga saat ini, meskipun sempat diperbaiki.Â
Bagi Anda yang belum sempat berkunjung atau ziarah ke Sunan Giri, segeralah! Dijamin banyak manfaat yang dipetik. Selain ziarah bonus ketek giri, Anda juga dapat mengenal sejarah penyebaran Islam, arsitek, kearifan lokal, kuliner khas Giri Gresik, karomah Sunan Giri, dan tentunya masih banyak lagi. Demikian secuil perjalanan sore tadi (Gresik_27 Mei 2025)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI