Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Analisis Film "Tegar" dari Segi Realitas dan Pendidikan di Indonesia

30 September 2023   13:00 Diperbarui: 30 September 2023   13:08 6475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemutaran Film Tegar (Dokpri)

Pencarian Wida membuahkan hasil, ibu Tegar dan Teh Isy dibantu tukang parkir menemui Mang Akbar, Imam, dan Tegar. Awalnya Tegar tidak mau pulang bersama ibunya, kemudian diberi edukasi oleh Mang AKbar untuk segera pulang. Disinilah Mang Akbar mengatakan bahwa "Kami butuh dimengerti, kami orang terbatas hanya saja terlahir berbeda". Cerita ditutup dengan Wida mengantar Tegar ke sekolah penuh keikhlasan hati dan pikiran. 

Analisis dari Segi Realitas dan Pendidikan

1. Film Tegar menggambarkan lokasi rumah mewah yang jauh dari pemukiman penduduk, hal ini petanda bahwa penghuni rumah malu dan sangat protektif akan keberadaan Tegar sebagai anak disabilitas.

2. Kolam renang merupakan salah satu fasilitas pelengkap rumah mewah untuk gaya hidup serta media olahraga, tak terkecuali oleh Tegar yang terbiasa berenang ditemani kakek dan pengasuhnya. Film ini menunjukkan bahwa disabilitas juga memiliki trik khusus untuk berenang.

3. TanteBot atau alat penyampai pesan sesuai keperluan yang kita butuhkan akan sangat membantu Tegar dalam segala kesulitan yang dihadapi. Contoh kebermanfaatan tanteBot melalui adegan Tegar diperlihatkan gerakan untuk membuka dan memakai celana serta baju, mengambil telur menggunakan kaki, menggoreng lalu memakannya, menyalakan lampu dengan hanya menyebut "TanteBot gelap nih, hidupkan lampunya dong!"

4. Di masyarakat secara umum, jika orang tua sibuk bekerja maka anak akan didampingi oleh pengasuh, sama halnya dengan Tegar yang selalu diasuh oleh Teh Isy. Meskipun Teh Isy pernah meninggalkan Tegar dikarenakan taatnya Teh Isy terhadap ibunya.


5. Komunikasi antar Wida dan kakek terkait perpektif tentang pendidikan di Indonesia, karena belum semua sekolah menerapkan sekolah ramah anak. Terbukti pada adegan Mang AKbar ketika mendaftarkan Tegar ke sekolah Imam dan respon dari seorang guru mengatakan bahwa sekolahnya belum pernah menerima anak berkebutuhan khusus dan harus melalui beberapa pemeriksaan serta tes terlebih dahulu.

6. Kritik sastra untuk film ini jika dikaitkan dengan realitas sosial dari latar belakang ibu dan kakek Tegar yang merupakan orang berada serta berpendidikan tinggi, maka alangkah sebaiknya adegan ditambahi dengan mendatangkan guru privat untuk Tegar atau homeschooling. Untuk memaparkan bahwa Wida malu dan takut jika Tegar diejek teman-temannya kalau ke sekolah formal. Hal tersebut disesuaikan dengan tujuan pendidikan Indonesia yaitu mencerdaskan anak bangsa.

7. Kritik sastra dalam segi pendidikan untuk film Tegar, selain perkataan Mang Akbar di akhir cerita, alangkah lebih lengkapnya jika diilustrasikan kondisi sekolah yang telah menyosialisasikan kepada seluruh warga sekolah jika anak murid disabilitas maka tidak diperkenankan untuk melakukan perundungan baik verbal, fisik, sosial, dunia maya, maupun seksual.

8. Diperuntukkan bagi sekolah di nusantara untuk mendukung program pemerintah dalam pemutaran film Tegar sebagai upaya bahwa pendidikan di Indonesia tidak membeda-bedakan status sosial, ekonomi, agama, dst.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun