Pria bermata sayu dengan tatapan sendu duduk dikursi beranda rumahnya yang sederhana. Ditemani secangkir kopi dan sepiring gorengan buatan istrinya serta rokok yang tak pernah luput ditangannya. Pandangannya menerawang jauh kedepan, terbayang kampung halamannya yang telah puluhan tahun dia tinggalkan. Betapa kini dia begitu rindu pulang ketanah lahirnya itu, Namun rindu itu selalu dia tahan.
Diteguknya kopi buatan istrinya itu dengan perlahan, "rasanya tak pernah berubah" ujarnya kepada sang istri yang sedang duduk disampingnya. Sang istri hanya tersenyum mendengar kata suaminya itu, "seperti cinta kita" balasnya dengan wajah sedikit memerah.
Mereka bercerita begitu hangat layaknya orang pacaran. Mereka tertawa lepas tanpa tiada sungkan. Dan inilah saat-saat yang mereka tunggu-tunggu, dimana hanya ada mereka berdua. Sementara anak-anak mereka sudah besar dan punya kehidupan masing-masing.
"Rumah ini terlalu besar untuk kita berdua" ujar sang suami sambil memakan gorengan yang mulai agak dingin.
"Kamu benar" jawab sang istri lirih.
"Perhatikan, rambutmu sudah mulai memutih" ujar sang suami seraya membelai rambut istrinya dengan lembut.
"Rambutmu juga, bahkan terlihat lebih putih" timpal sang istri lagi. Sang suami kemudian mengambil sebuah cermin, dia masih belum percaya dengan perkataan istrinya. Diperhatikan dengan seksama rambutnya itu dan ternyata uban sudah banyak tumbuh dikepalanya.
"Ah! aku merasa semakin tua" ucap sang suami dengan tatapan lirih.
"Ya, kita semua akan tua, kita semua akan kembali menghadap Sang Pencipta. Tak ada yang abadi didunia yang fana" balas sang istri sambil memeluk suaminya dengan mesra.
Selesai . . .
(Padang, 21 Mei 2019. Self Reminder)
