Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karel Sadsuitubun: Kisah Bhayangkara Sejati yang Gugur di Tragedi G30S 1965

30 September 2025   22:48 Diperbarui: 30 September 2025   23:12 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karel Sadsuitubun (wikimedia commons) 

Contoh penyingkatan nama kurang tepat, Jalan Karel Sadsuitubun Cirebon. (Foto: Ony Putra/detik.com) 
Contoh penyingkatan nama kurang tepat, Jalan Karel Sadsuitubun Cirebon. (Foto: Ony Putra/detik.com) 

Pesan dari Sosok Sederhana

Apa yang membuat kisah Karel begitu menyentuh? Bukan hanya karena ia gugur ditembak, tetapi karena ia menunjukkan bahwa patriotisme tidak mengenal pangkat atau posisi. Ia bukan jenderal, bukan tokoh politik, bahkan namanya tidak banyak dikenal sebelum tragedi G30S. Namun ia membuktikan bahwa keberanian seorang biasa bisa meninggalkan jejak luar biasa.

Karel memberi pelajaran bahwa setiap tugas, sekecil apa pun, bisa menjadi ladang pengabdian. Seandainya ia memilih bersembunyi malam itu, mungkin namanya tidak pernah tercatat. Tetapi ia memilih setia pada sumpah bhayangkara: melindungi dan mengayomi, meski harus mengorbankan nyawa.

Hari ini, kisah Karel Sadsuitubun menjadi inspirasi, khususnya bagi generasi muda dan anggota kepolisian. Ia membuktikan bahwa pengabdian tidak perlu menunggu jabatan tinggi. Selama ada niat tulus dan keberanian, siapa pun bisa menjadi teladan.

Generasi sekarang mungkin tidak lagi menghadapi perang atau pemberontakan. Namun tantangan zaman tetap ada: korupsi, narkoba, radikalisme, hingga konflik sosial. Semua itu membutuhkan keberanian moral dan integritas. Dan dari Karel, kita belajar bahwa keberanian terbesar adalah berani setia pada bangsa, bahkan dalam keadaan paling sulit.

Penutup

Sejarah sering kali mengingat nama besar, tetapi kadang melupakan mereka yang sederhana. Namun, Karel Sadsuitubun membuktikan bahwa pengabdian tulus tidak pernah hilang ditelan waktu. Ia lahir sebagai anak desa di Maluku Tenggara, bertugas sebagai polisi berpangkat rendah, lalu gugur sebagai pahlawan nasional.

Namanya kini abadi, bukan hanya pada bandara, jalan, atau kapal perang, tetapi dalam hati bangsa Indonesia. Ia adalah simbol bahwa keberanian sejati lahir dari kesetiaan pada tugas, tanpa pamrih, tanpa menimbang untung rugi.

Karel Sadsuitubun mungkin seorang "biasa," tetapi keberaniannya menjadikannya luar biasa. Ia meninggalkan pesan abadi: bahwa siapa pun bisa menjadi pahlawan, asalkan tak gentar berdiri demi martabat tanah air.

Referensi

Hitipeuw, F. (1980). Karel Sadsuitubun. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Repositori Kemdikbud. https://repositori.kemdikbud.go.id/8335/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun