Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Film 300 dan Fakta Sejarah Pertempuran Thermopylae

27 Agustus 2025   10:48 Diperbarui: 27 Agustus 2025   10:52 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Leonidas dalam film 300 (CatchPlay)

Pertempuran Thermopylae pada tahun 480 SM adalah salah satu kisah paling heroik dalam sejarah. Pertempuran ini hanyalah satu bagian dari Perang Yunani-Persia, namun aksi Raja Leonidas bersama pasukan Sparta membuatnya abadi dalam ingatan manusia. Di sana, sekelompok kecil pasukan Yunani menghadang serangan besar-besaran dari Persia yang dipimpin Raja Xerxes I. Kisah heroik inilah yang kemudian menginspirasi berbagai karya, termasuk film The 300 Spartans (1962) dan 300 (2006).

Namun, apakah kisah dalam film 300 benar-benar menggambarkan kejadian sejarah yang sesungguhnya?

Latar Belakang Perang

Akar konflik ini bermula pada tahun 499 SM, ketika kota-kota Ionia memberontak melawan kekuasaan Persia yang saat itu dipimpin Darius I. Athena ikut membantu pemberontakan, dan akibatnya Persia menuntut balas. Darius mengirim utusan ke kota-kota Yunani untuk menuntut upeti. Banyak yang tunduk, tetapi tidak dengan Athena dan Sparta.

Di Athena, utusan Persia dieksekusi. Di Sparta, utusan bahkan dilempar ke sumur. Adegan ini muncul dalam film 300, ketika Leonidas menendang utusan Persia. Bedanya, saat peristiwa ini terjadi Leonidas belum menjadi raja, dan Persia masih dipimpin Darius I, bukan Xerxes I.

Darius pun mengirim ekspedisi militer. Ia sempat meraih kemenangan, tetapi kalah di Marathon (490 SM). Sebelum bisa membalas lagi, ia meninggal dan digantikan oleh putranya, Xerxes I. Dari sinilah ekspedisi besar Persia dimulai kembali, termasuk pertempuran di Thermopylae.

Pertempuran Thermopylae

ilustrasi Pertempuran Thermopylae (wikimedia commons)
ilustrasi Pertempuran Thermopylae (wikimedia commons)
Pada tahun 480 SM, Raja Persia Xerxes I memimpin invasi besar kedua ke Yunani. Pasukan Persia yang jumlahnya ratusan ribu bergerak menuju sebuah jalur sempit bernama Thermopylae, pintu masuk penting yang menghubungkan wilayah utara dan selatan Yunani.

Di sisi lain, Sparta sedang terikat aturan adat. Saat itu Olimpiade dan festival keagamaan Carneia berlangsung, dan dalam tradisi mereka, berperang di masa itu dianggap melanggar kesucian. Tetapi, ancaman Persia terlalu besar untuk sekadar ditunggu. Maka, Raja Leonidas mengambil keputusan berani: ia berangkat ke Thermopylae bersama pasukan pengawal pribadinya, yang disebut Hippeis, berjumlah 300 prajurit.

Mereka bukan sembarang prajurit. Hampir semuanya adalah veteran tangguh, sudah kenyang pengalaman perang, dan rata-rata sudah memiliki anak. Tujuannya jelas, agar jika mereka gugur, keluarga mereka tetap memiliki penerus.

Namun Leonidas tidak bertempur sendirian. Ia mendapat dukungan 700 prajurit dari Thespia, 1.000 dari Phokia, 400 dari Thebes, serta ribuan prajurit dari Boeotia, Arkadia, dan Lacedaemonia. Jika dijumlahkan, pasukan Yunani yang berkumpul di Thermopylae mencapai sekitar 7.000 orang.

Rencana Leonidas sederhana tapi cerdas: menahan Persia di jalur sempit Thermopylae. Dengan begitu, keunggulan jumlah pasukan Persia tidak bisa digunakan maksimal. Medan sempit itu membuat pasukan Yunani bisa bertahan lebih lama, sambil memberi waktu kepada angkatan laut dan sekutu mereka untuk mempersiapkan perlawanan besar di tempat lain.

Strategi Yunani di Thermopylae

Menghadapi pasukan Persia yang jumlahnya masif, kota-kota Yunani akhirnya membentuk aliansi. Mereka sepakat mempertahankan diri di celah sempit Thermopylae, sebuah strategi cerdas. Dengan medan sempit, taktik phalanx Yunani yang menggunakan tombak panjang bisa dimaksimalkan, sekaligus membuat jumlah pasukan Persia yang besar menjadi tidak terlalu berguna.

formasi phalanx (wikimedia commons)
formasi phalanx (wikimedia commons)

Leonidas membawa sekitar 7.000 prajurit gabungan dari berbagai kota. Namun, hanya 300 prajurit Sparta yang merupakan pasukan elit pengawal raja, dikenal sebagai hippeis. Jumlah ini terbatas karena Sparta saat itu sedang menjalani dua perayaan penting: festival Carneia dan Olimpiade, di mana kegiatan militer biasanya dilarang.

Pertempuran Tiga Hari

Pada awalnya, strategi Yunani berjalan baik. Selama dua hari berturut-turut, pasukan Persia gagal menembus pertahanan Yunani. Bahkan pasukan elit Persia, Immortals, pun dipukul mundur.

Namun pada hari ketiga, seorang pengkhianat bernama Ephialtes menunjukkan jalan rahasia di pegunungan kepada Xerxes. Akibatnya, pasukan Yunani dikepung dari belakang. Leonidas sadar bahwa pertempuran tidak bisa dimenangkan. Ia memerintahkan sebagian besar pasukan untuk mundur, tetapi ia sendiri memilih bertahan.

Bersamanya, tetap tinggal 300 Sparta, 700 Thespia, 400 Thebes, dan sejumlah helot (budak Sparta). Mereka bertempur hingga gugur. Leonidas pun tewas, tubuhnya dipenggal, dan nama mereka diabadikan sebagai simbol pengorbanan.

Fakta vs Fiksi

Film 300 menampilkan Leonidas dan prajuritnya seolah-olah hanya 300 Sparta melawan jutaan pasukan Persia. Padahal, menurut catatan sejarah:

  • Jumlah pasukan Yunani yang bertempur di Thermopylae mencapai 7.000 orang, dengan 1.500 yang bertahan hingga akhir.
  • Pasukan Persia memang jauh lebih besar, tetapi tidak sampai jutaan. Herodotus mencatat dua juta, namun sejarawan modern memperkirakan antara 120.000-300.000 orang.
  • Pertempuran Thermopylae sebenarnya adalah kekalahan bagi Yunani. Namun, pengorbanan Leonidas memberi waktu bagi pasukan Yunani lainnya untuk bersiap, yang akhirnya membalikkan keadaan dalam pertempuran-pertempuran berikutnya, seperti di Salamis dan Platea.
  • Tampilan prajurit Sparta dalam film bertelanjang dada hanya dengan jubah merah yang lebih menekankan estetika sinematik daripada realitas sejarah. Aslinya, mereka memakai baju zirah dan perlengkapan militer lengkap.

ilustrasi pasukan spartan (iStockphoto)
ilustrasi pasukan spartan (iStockphoto)

Kesimpulan

Film 300 memang mengambil inspirasi dari kisah nyata, tetapi lebih banyak menonjolkan mitos dan dramatisasi. Yang benar-benar terjadi bukanlah 300 melawan jutaan, melainkan sekitar 1.500 prajurit Yunani melawan ratusan ribu pasukan Persia. Meski kalah, pengorbanan mereka menjadi lambang keberanian, disiplin, dan tekad untuk melawan meski dalam keadaan mustahil.

Jadi, film 300 bukanlah gambaran akurat sejarah, melainkan versi epik yang dipoles agar lebih menggugah emosi. Tetapi, di balik semua fiksi itu, kisah nyata Thermopylae tetap layak dikenang sebagai salah satu contoh pengorbanan terbesar dalam sejarah umat manusia.

Referensi

https://www.jagranjosh.com/general-knowledge/fact-or-fiction-300-spartans-fought-a-million-persians-in-the-battle-of-thermopylae-1684765150-1

https://id.quora.com/Apakah-cerita-300-Spartan-melawan-300-000-pasukan-Persia-nyata

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun