Di Tiongkok sendiri, meski pemerintahan saat itu dilanda perang saudara, simpati terhadap Indonesia cukup besar. Dukungan moral dan politik datang dari kalangan intelektual Tionghoa yang menilai bahwa perjuangan bangsa Indonesia sejalan dengan semangat anti-kolonialisme global. Peran ini tidak bisa dilepaskan dari jaringan diaspora Tionghoa yang cukup luas.
Ada pula organisasi sosial Tionghoa yang diam-diam menyalurkan bantuan bagi keluarga pejuang yang ditahan. Perlawanan ini mungkin tidak selalu tercatat dalam buku sejarah resmi, tetapi menjadi bagian nyata dari denyut perjuangan rakyat.
Namun sejarah tidak selalu berjalan mulus. Setelah kemerdekaan, perjalanan relasi etnis Tionghoa dengan bangsa Indonesia mengalami pasang surut. Pada masa-masa tertentu, mereka mendapat stigma sebagai “orang luar” atau bahkan dijadikan kambing hitam dalam berbagai krisis politik dan ekonomi. Konflik-konflik sosial yang melibatkan sentimen anti-Tionghoa menjadi luka sejarah yang hingga kini masih menyisakan trauma.
Padahal, jika menengok ke belakang, kontribusi mereka terhadap kemerdekaan tidak sedikit. Dari memberikan ide dan gagasan, menyediakan dukungan material, hingga mengorbankan nyawa di medan pertempuran, semua itu nyata adanya. Sayangnya, narasi ini jarang dimasukkan ke dalam arus utama penulisan sejarah Indonesia. Generasi muda pun akhirnya tumbuh tanpa banyak tahu bahwa kemerdekaan Indonesia juga diperjuangkan oleh orang-orang Tionghoa.
Jika ditarik ke belakang, bahkan sebelum proklamasi 1945, komunitas Tionghoa sudah menunjukkan simpati terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa. Di beberapa kota besar, mereka menggalang dana untuk mendukung pendidikan anak-anak pribumi, karena mereka menyadari bahwa pendidikan adalah kunci kebangkitan nasional.
Hari ini, saat Indonesia sudah memasuki usia 80 tahun lebih kemerdekaan, penting untuk merefleksikan kembali peran etnis Tionghoa dalam perjuangan tersebut. Sejarah harus dilihat secara utuh, bukan terpotong oleh prasangka atau politik identitas. Menyadari kontribusi etnis Tionghoa bukan sekadar bentuk penghargaan, melainkan juga cara memperkuat persatuan bangsa.
Mengingat kembali sosok seperti Liem Koen Hian, Kwee Thiam Tjing, hingga ribuan pemuda Tionghoa yang ikut bertempur, membuat kita paham bahwa nasionalisme Indonesia lahir dari keberagaman. Tidak ada satu etnis pun yang berjuang sendirian. Semua bahu-membahu, bersatu dalam cita-cita yang sama: Indonesia merdeka.
Referensi
Adams, S. (2024). Kisah-kisah Tersembunyi dari Sejarah Nusantara. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.
Bambang Sularto, Dkk, (1982), Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mukhaer, A. A. (4 Februari 2021). Usaha Etnis Tionghoa Menginspirasi Gerakan Kemerdekaan Indonesia. Diakses dari: https://nationalgeographic.grid.id/read/132538813/usaha-etnis-tionghoa-menginspirasi-gerakan-kemerdekaan-indonesia?page=all. Natgeo Indonesia