Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kos-kosan Diujung Gang

28 Januari 2025   01:27 Diperbarui: 13 Februari 2025   22:39 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lorong kamar kos (sumber gambar: chrstphrjps/unsplash.com) 

Mereka berbincang tentang segala hal---tentang masa lalu, impian, dan bahkan kekhawatiran Dika tentang masa depan. 

Sari selalu ada untuk mendengarkan, namun ada satu hal yang aneh: Sari hanya muncul setelah tengah malam, dan selalu menghindar jika Dika mengajak keluar kost saat siang.

Suatu malam, saat mereka sedang berbincang di lorong, terdengar suara keras dari dapur, membuat Dika dan Sari terkejut. Dengan cepat mereka berlari menuju dapur, dan di sana,

Mbak Rini, penghuni kost lain, tampak ketakutan, menunjuk-nunjuk ke arah lemari. 

"Ada yang lewat barusan! Hantu!"

Teriaknya. Dika berusaha menenangkan Mbak Rini, namun saat ia menoleh ke Sari, ia melihat wajah gadis itu pucat dan penuh air mata.

"Mas, ada yang harus aku ceritakan," suara Sari bergetar. Dika mendekat, mencoba mengerti apa yang sedang terjadi. 

Dengan perlahan, Sari mengungkapkan sebuah kisah yang begitu mengejutkan: ia sebenarnya sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu.

Sari adalah penghuni kost nomor 13 yang tewas dalam kebakaran yang melahap kamar tersebut. Sejak itu, rohnya terjebak di kost itu, tidak bisa pergi.

Dika terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. Namun, bukannya takut, ia malah tertawa kecil. "Pantas saja kamu nggak pernah mau keluar pas pagi. Tapi serius, kamu ini hantu yang paling ramah yang pernah ada," katanya sambil tersenyum.

Melihat Dika tidak ketakutan, Sari pun ikut tertawa. Malam itu, mereka semakin dekat, berbincang tentang banyak hal, seolah waktu berhenti sejenak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun