Mohon tunggu...
Muh Arbain Mahmud
Muh Arbain Mahmud Mohon Tunggu... Penulis - Perimba Autis - Altruis, Pejalan Ekoteologi Nusantara : mendaras Ayat-Ayat Semesta

Perimba Autis - Altruis Pejalan Ekoteologi Nusantara : mendaras Ayat-Ayat Semesta

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Puasa dan Moralitas Lingkungan

26 April 2019   16:06 Diperbarui: 2 Mei 2019   06:57 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pun agar kita tidak tergolong makhluk pembuat kerusakan, seperti dikhawatirkan para malaikat pada drama penciptaan Adam alahissalam, sang manusia pertama. 

Ramadhan Bermakna: Refleksi sang Hamba
Ramadhan bagi umat Islam merupakan bulan untuk menakar kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Satu ibadah khas yang diperintahkan pada bulan ini adalah puasa atau shaum, dalam bahasa Arab berarti "untuk menjauhkan diri dari sesuatu, menahan diri , untuk mencegah diri".

Dalam istilah fikih, itu berarti untuk menjauhkan diri dari makan, minum dan hubungan suami-istri (jima) antara suami dan istri dari fajar sampai matahari terbenam (maghrib) dengan sadar dan dengan mencari tujuan. Ujung dari perintah puasa tersebut adalah terwujudnya pribadi yang bertaqwa, pejalan segala perintah Allah SWT dan penahan diri atas seluruh laranganNya (QS.2:183).

Sejatinya, 'ibadah' puasa pun dijalankan para makhluk hidup yang lain, baik satwa (hewan) maupun tanaman (flora), sebagai bagian dari siklus hidup. Perubahan-perubahan alam terus terjadi dan menuntut semua makhluk hidup untuk beradaptasi (penyesuaian diri). Perubahan musim menuntut mereka harus mampu beradaptasi sesuai lingkunganmasing-masing. Puasa merupakan salah satu cara terbaik untuk melakukan hal tersebut (ilmusiana.com).

Tanaman beradaptasi atas perubahan musim ini, semisal tumbuh di musim panas dan istirahat di musim dingin atau sebaliknya. Tanaman akan berhenti berproduksi pada kondisi lingkungan yang tidak nyaman sehingga hal ini pun berakibat perubahan ketersediaan tanaman sebagai sumber makanan binatang.

Untuk beradaptasi terhadap perubahan musim dan potensi kekurangan sumber makanan, maka binatang pun berpuasa, dengan pola yang beragam.


Puasa pada musim dingin dilakukan beberapa binatang dengan cara hibernasi atau 'tidur panjang pada musim dingin', seperti anjing laut, singa laut, ulat bulu, penguin, dan sebagainya. Mereka akan menurunkan suhu tubuhnya hingga 1o C di atas suhu lingkungannya.

Pada musim panas, beberapa binatang lain pun berpuasa, disebut aestivasi atau 'tidur panjang pada musim panas', antara lain buaya, ular, serangga, bekicot, katak, kepiting, dan capung.

Binatang-binatang tersebut berpuasa karena langkanya sumber makanan dan guna menghindari terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan). 

Demikian gambaran bahwa selain manusia, makhluk hidup lain pun berpuasa. Mereka berpuasa agar dapat melanjutkan aktivitasdan mengganti sel-selyang rapuh dengan sel-sel baru yang sehat.

Namun, binatang berpuasa hanya demi alasan fisik dan keberlangsungan spesies. Puasa yang dilakukan manusia, selain demi alasan material (fisik) juga demi alasan-alasan psikologis dan spiritual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun