Pandemi Covid-19 sudah melanda Indonesia dalam kurun waktu lebih dari dua tahun. Covid-19 merupakan penyakit yang menular disebabkan oleh virus corona jenis baru, ditemukan di Wuhan pada bulan Desember 2019. Penyakit ini menular dari orang ke orang melalui droplet ketika orang yang terinfeksi mengeluarkan droplet tersebut melalui batuk berbicara atau bersin misalnya saat dekat dengan orang lain juga bisa menyebar ketika tetesan yang terinfeksi mendarat di benda dan ketika orang lain menyentuhnya dan kemudian menyentuh mata hidung atau mulut mereka. Pertama kali kasus ini diumumkan oleh presiden pada 2 Maret 2020 terjadi pada seorang ibu dan anak yang terkonfirmasi tertular oleh seorang WNA yang berasal dari Jepang.Â
Setelah kasus tersebut terekspos, pemerintah mulai melakukan kegiatan screening Covid-19 hingga ditemukannya kasus-kasus lain dan ditetapkannya Covid-19 menjadi pandemi di Indonesia. Karena kasus pertama tersebut dan diikuti banyak kasus lainnya, pemerintah kemudian memberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan gerakan stay at home. Penetapan Covid-19 sebagai pandemi di Indonesia membawa dampak buruk bagi Indonesia, karena kebijakan pembatasan sosial berskala besar tersebut memaksa masyarakat untuk mengurangi kegiatan di luar rumah. Karena itulah pandemi Covid-19 dapat dikatakan mempengaruhi seluruh bidang kehidupan masyarakat saat ini, terutama pada sektor perekonomian masyarakat atau UMKM.
Sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) adalah sektor yang paling rentan terkena dampak dari Covid-19. Berdasarkan survei Bank Indonesia, sebanyak 87, 5% UMKM terdampak dari pandemi Covid-19 dan sekitar 93, 2% dari survei tersebut terdampak negatif. Untuk menghindari dan mengatasi dampak negatif dari pandemi Covid-19 diperlukan analisis strategi yang tepat. Analisa strategi sangat diperlukan bagi pengusaha untuk mencapai tujuan tertentu agar mereka dapat terhindar dari dampak negatif pandemi Covid-19.Â
Adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan oleh pemerintah memaksa masyarakat untuk tetap di rumah, mengurangi kegiatan di luar rumah, menjaga jarak, dan memberlakukan protocol kesehatan membuat penjualan bakso malang mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan masyarakat merasa khawatir akan kesehatan dan keamanan mereka saat membeli bakso malang. Selain itu, kebijakan pembatasan sosial membuat masyarakat memberlakukan pembatasan jam keluar-masuk lingkungan sehingga menyulitkan pedagang bakso malang dalam mengakses lokasi penjualan yang strategis. Oleh karena itu pedagang bakso malang ini melakukan perubahan strategi seperti dengan mengubah waktu atau jam kerja dalam melakukan kegiatan mencari pembeli.
Kondisi Penjualan Sebelum Masa Covid-19
 Usaha yang dilakukan pada masa ini hanya berfokus pada bagaimana cara mendapatkan keuntungan atau pendapatan sebesar-besarnya. Pengembangan usaha Bakso Malang Mulyono ini terbilang laris, biasanya dagangan bakso ini sering habis bahkan jika dagangan sedang ramai tidak perlu sampai larut malam untuk pulang. Pendapatan atau Omzet yang didapatkan jika dagangan habis dalam sehari adalah sekitar Rp. 630 ribu. Kemudian dari omzet tersebut didapatkan 25% untuk pegawai sebagai upah mereka
Kondisi Penjualan Masa Covid-19
  Saat Covid-19 mulai masuk ke Indonesia, Pak Mulyono merasakan perbedaan yang sangat signifikan dibandingkan sebelum adanya Covid-19, biasanya menu makanan yang diproduksi hari ini hanya tersisah sedikit bahkan habis pada malam hari, namun ketika pandemi Covid-19 menerpa indonesia menu yang diproduksi cenderung tersisah banyak pada malam hari. Hal ini dikemukakan oleh Pak Mulyono, selaku pengusaha bakso malang.Â
"wah awal corona datang sering ga habis mas, palingan cuma laku dari bikinan waktu pagi. Ya, pokoknya beda dari sebelum ada corona mas, tadinya kitas seringnya habis dalam sehari, kalau lagi ga rame palingan nyisah dikit banget mas" - Bapak Mulyono selaku pemilik usaha bakso malang.
  Pandemi Covid-19 mengakibatkan omzet penjualan Bakso Malang Mulyono berkurang hingga 75%, Hal ini mengakibatkan Pak Mulyono cukup kesulitan untuk memutar uang hasil penjualan Bakso untuk kembali membeli bahan-bahan kebutuhan untuk proses produksi besok. Karena Pak mulyono serta 10 pegawainya membutuhkan pemasukan untuk kebutuhan sehari-hari. Informasi ini didapat berdasarkan penuturan Pak Mulyono. Oleh karena itu, Pak Mulyono tetap memproduksi baksonya setiap hari. Walau produksi bakso sudah disesuaikan dengan pengurangan jumlah karena kondisi pandemi, beliau tetap menuturkan tetap ada yang tersisah.
Strategi Penjualan Sebelum Masa Covid-19