Tentu saja sahabat-sahabatnya heran atas perubahan tiba-tiba dari Syirin. "Ayolah Syirin, ada apa denganmu?" tanya mereka. Yang lain menggodanya, "Apakah kamu baru melihat hantu?" Syirin hanya tersenyum. Dia tidak menjawab dan menanggapi gurauan sahabatnya. Dia malah melangkahkan kakinya ke tenda untuk menyendiri.
Salah satu dayangnya, Abigail, merasa tak enak hati dengan kesedihan Tuan Putrinya. Dia ikuti Syirin ke tenda untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Dari balik celah tenda, dia melihat Syirin memandangi sebuah lukisan. Di mata Abigail, Syirin seperti anak dara yang sedang merindui kekasihnya. Dia dekap lukisan itu di dadanya hingga ia tertidur.
Saat Syirin tertidur, Abigail dengan sangat hati-hati mengambil lukisan itu dan membawanya ke teman-temannya. Dia menceritakan apa yang dilihatnya tentang Syirin dan lukisan ini. Mereka berkesimpulan bahwa Syirin sedang jatuh cinta pada laki-laki tampan yang ada di lukisan itu.
Dari dulu, jatuh cinta memang merepotkan banyak orang!
Karena tak rela Syirin berduka, dayang-dayang itu bersepakat untuk menemui Syirin dan menasehatinya. Mereka semua meminta agar Syirin melupakan lukisan itu. Lagi pula, bagaimana mungkin ada orang jatuh cinta pada sosok dalam lukisan.
"Bagaimana nanti kalau bibimu mengetahui semua ini?" Syirin hanya diam.
"Apa yang akan engkau katakan padanya? Apakah kamu akan mengatakan bahwa kamu jatuh cinta pada sebuah lukisan?" Syirin tetap diam.
Semua nasehat akan sia-sia bagi orang yang sedang jatuh cinta. Lukisan itu telah menawan hatinya. Bagi orang yang sedang jatuh cinta, tidak ada ruang di akalnya untuk mempertimbangkan alasan-alasan, karena jatuh cinta memang tak memerlukan alasan.
Betapa ironisnya hidup ini, Khusrau dan Syirin saling jatuh cinta lewat gambaran sosok masing-masing. Cinta memang aneh. Apa yang dianggap gila bagi orang lain adalah keindahan bagi sang pecinta.
Berkali-kali Syirin kembali ke kenari itu berharap ada keajaiban. Dia pasti tidak bisa membahasakan apa keajaiban yang diharapkannya. Dia hanya tahu dia sedang jatuh cinta dan dicekam kerinduan yang luar biasa. Lalu, apa yang dinginkan seorang yang sedang dimabuk cinta dan dibakar kerinduan? Tidak lain adalah perjumpaan. Ya! Syirin sadar. Perjumpaanlah sesungguhnya keajaiban yang dia inginkan.
Tapi, bagaimana?