Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diupah oleh Alam

12 Mei 2021   06:27 Diperbarui: 12 Mei 2021   15:40 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Aha! Saya mulai mengerti jika alam pun memiliki mekanisme sendiri untuk mengupah manusia-manusia yang bersedia "bekerja" untuknya. Ini bukan tentang teori biologi apalagi filsafat, tetapi sebuah realita yang sebenarnya ada sejak dahulu kala.

***

Beberapa pekan ini keluarga kami sedang panen padi. Alhamdulillah.

Kami sudah melakukan usaha tani "skala keluarga" sejak sebelum saya lahir. Sudah sangat lama. Berkembang? Tidak, begini-begini saja. Namun, bukan berarti kami meninggalkannya begitu saja. Menguntungkan? Juga tidak, hanya cukup untuk makan kami sekeluarga.

Lalu, kenapa itu tetap dilakukan? Alasan utamanya karena Bapa saya tidak memperoleh gaji yang mencukupi dari pekerjaannya sebagai guru honorer. Anda tahu sendiri seperti apa kehidupan guru honorer di negeri ini, apalagi guru di pedesaan.

Meskipun gajinya jauh dari cukup, kebutuhan dasar tercukupi dengan menanam padi dan beternak. Jadi, sebenarnya gaji Bapa saya "lebih" besar didapatkan dari alam bukan dari lembaga pendidikan tempatnya mengabdi.

Kami sekeluarga lebih mengandalkan alam untuk mendapatkan pengupahan. Alamlah yang menjadi tempat "bergantung". Sehingga, Bapa saya tidak suka protes pada Pemerintah atas nasib yang kami alami. Buat kami, Pemerintah hanya tempat untuk mengurus administrasi kependudukan bukan sebagai tempat mengadukan permasalahan.

***

Apa yang saya sampaikan di atas, hanyalah contoh nyata jika konsep "bergantung kepada alam" masih relevan ditengah sistem ekonomi yang berbasis serba digital. Realita yang saya saksikan, ternyata "ekonomi tradisional" masih layak dipertahankan ketika tren maraknya mencari uang di dunia digital.

Kebergantungan kita pada sektor ekonomi jasa dan manufaktur sangat mudah "goyah" di kala ekonomi global sedang payah. Pandemi meninju kesombongan ekonomi non pertanian sehingga mereka jatuh tersungkur _meski belum mati dikubur. Tanpa bermaksud menari di atas penderitaan orang lain, kami justru bersyukur.

Alam dikaruniakan untuk kehidupan manusia. Manusia diperintahkan untuk menjaganya, bukan merusaknya. Dan, alam pun tahu jika manusia-manusia yang menjaganya harus mendapatkan "upah" dari jerih payahnya. Alam memberikan timbal balik berupa kesejahteraan yang disertai keberlangsungan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun