Mohon tunggu...
Muhammad yunus
Muhammad yunus Mohon Tunggu... Pelaut - Membagikan informasi yang fakta aktual dan terpercaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dusun 12 Kec. Lima puluh pesisir Kab. Batu bara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gelar Doktor Ustadz Adi Hidayat Dan Ustadz Abdul Somad

4 Januari 2021   01:52 Diperbarui: 4 Januari 2021   03:25 1702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gelar Doktor Ustad Adi Hidayat dan Ustad Abdul Somad

Semua orang sudah tahu kalau gelar Doktor adalah gelar tertinggi akademik dalam bidang tertentu. Seseorang harus menempuh pendidikan strata 3 sebelum memperoleh gelar Doktor

Gelar doctor juga disematkan oleh perguruan tinggi kepada seseorang sebagai penghormatan karena jasa-jasanya di bidang tertentu. Bedanya ada tambahan Honoris causa  dibelakangnya.

Dalam dua bulan belakangan ini ada berita yang cukup menarik

Ustad Adi Hidayat (UAH) dan Ustad Abdul Somad (UAS) mendapat gelar doktor. Ustad Adi Hidayat, tanggal 28 November memperoleh gelar doktor honoris causa atau doktor kehormatan sedangkan Ustad abdul Somad mendapatkan gelar doktor akademik dari universitas Omdurman Islamic University Sudan. Sumber UAH dan sumber UAS

Dimana letak menariknya?

Ustad Adi hidayat, dalam beberapa kesempatan di media, mengumumkan sendiri bahwa akan mendapatkan gelar doktor kehormatan dari Astrolobe University Turki dalam bidang pengetahuan budaya dan dakwah. Gelar katanya akan diserahkan sendiri oleh Presiden Turki, Recep tayyib Erdogan, Bisa lihat di sini. ( Whaaats? Sejak kapan Presiden turut mencampuri urusan pemberian Gelar doktor kepada seseorang yang tidak mempunyai jabatan di pemerintahan ? ).

Keanehan sudah mulai terlihat, ketika Foto-foto dan video youtube di media-media, penganugrahan doktor Honoris Causa kepada ustad Adi Hidayat tidak nampak sama sekali wujud Presiden Turki, Erdogan, pujaan Kadrun di Indonesia, apalagi menyalami UAH. Bisa lihat di sini.

Dosen dari UIN sunan Kalijaga, Bernando Sujibto, Alumni Pasca Sarjana dari universitas Selcuk Turki, mengungkapkan Universitas Astrolobe, universitas Fiktif. Sumber.

"Saya belum berhasil menemukan Universitas Astrolabe Istanbul (IAU). Nama pimpinannya Prof M Kher Al Ghabani jelas bukan nama Turki" kata bernando di akun tweeternya @_bje.

Nah lo...

Penulis juga mencoba googling, Universitas Astrolabe Istanbul Turki , memang tidak ada. Sejelek-jeleknya universitas di Indonesia pasti mempunyai website. Anehkan..


Sudah itu, kalau benar dapat gelar doctor honoris Causa, memang jasanya selama ini di bidang kebudayaan apa. Dari media dakwahmya di Youtube tidak beda dengan ustad-ustad lain pada umumnya, tidak ada yang istimewa sama sekali.

Hanya yang kontroversial saat pilpres 2019 yang lalu, hendak menggandeng Prabowo kelak untuk memasuki gerbang surga. Lain-nya paling-paling seperti ustad aliran keras lainnya, menolak ucapan selamat Natal dan mencurigai orang-orang Nasrani yang hendak bermaksud baik. Ya.. gitu-lah.

Sedangkan gimana dengan UAS? Tidak kalah menakjubkan :

Ustad Abdul Somad yang kontroversial, memutuskan melanjutkan kuliah S3 di Negara Sudan. Nama universitasnya Omdurman islamic Sudan.

Kenapa penulis heran

Negara sudan, Negara yang 40 persen warga-nya di bawah garis kemiskinan dan 60 persen pendapatan perkapita penduduknya masih di bawah 1 dollar, Sumber, menjadi pilihan dari Abdul Somad melanjutkan studi-nya. Mendapatkan bea siswa dari Yayasan tafaqquh study Club Pakanbaru, Riau.

Sudah bisa dibayangkan, Negara dalam keadaan seperti itu, tidak hanya situasi ekonominya tapi juga perebutan kekuasaan di dalan Negeri serta berebutan wilayah Abey penghasil minyak dengan Negara pecahannyan, Sudan Selatan, bagaimana bisa mempunyai perguruan tinggi yang bermutu.

Ini bisa nampak pada peringkat Perguruan Tinggi Negerinya. Di Negara Sudan terdapat 29 perguruan tinggi Negeri dan salah satunya Omdurman University tempat UAS menempuh study S3-nya.

Menurut Webometric, lembaga peringkat perguruan tinggi Dunia, Universitas Omdurman menduduki peringkat 8.796, Sumber

Bandingkan dengan Universitas tempat UAS mengajar, Universitas Sultan Syarif Karim Riau (SUSKA, Riau ) menduduki peringkat 4.247. Jauh di atas Omdurman Sudan. Bahkan peringkat Omdurman pun kalah jauh dengan UIN Pamekasan, Madura. Apalagi mau dibandingkan dengan UGM ( 800) atau UI ( 840). Sumber

Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau tempat UAS mengajar UIN juga menduduki tiga besar sebagai perguruan tinggi Islam Negeri di Indonesia versi Webometric.


Herankan.. sebuah perguruan tinggi Negeri yang mempunyai peringkat yang lebih baik malah menyekolahkan dosennya ke Universitas yang notabene jauh di bawah peringkatnya

Lebih heran lagi, bulan Mei 2019, baru diumumkan UAS mulai study di Universitas di Sudan. Tiba-Tiba sudah dapat kabar kalau UAS sudah menyelesaikan study doktoralnya. Sumber. 

Padahal loh, antara bulan Oktober dan November, sering terlihat UAS berada di Indonesia dan bahkan dakwah di UII yogyakarta. Sumber

Ini study atau apa ya...

Kalau doktor honoris causa mungkinlah tapi kalau akademik, ya cukup meragukan. Kalau dilihat dari berapa semester seseorang umumnya memperoleh gelar S3, umumnya diperoleh selama 3 sampai 5 tahun.

Dari beberapa yang saya pahami. Kuliah S3 bukan lama di teori tapi di bidang penelitian dan riset-nya. Walaupun teori tidak banyak tapi minimal 2 semester harus mengikuti kuliah yang ketat atau setahun penuh.

Kalau melihat kurikulum di omdusman University, pendidikan doktor ditempuh selama 6 semester atau 3 tahun. Seandainya UAS sudah mengajukan Izin cuti di Bulan Agustus 2018, artinya mata kuliah teorinya secepat-cepatnya agustus 2019 baru-lah selesai Berarti Riset dan penelitiannya hanya dilakukan selama 3 Bulan. Itu saja tidak full selalu diisi dakwah penuh ke seluruh pelosok Indonesia.

Bisa dibayangkan doktor apa yang dihasilkan. Risetnya kayak apa gitu. UAS bisa menyelesaikan kuliah S3 -nya artinya separoh dari yang ditetapkan, 6 semester.

Anggap saja UAS sangat pintar sekali, memang nyatanya menjadi idola umatnya, yang menjadi pertanyaan penulis.

Apakah gelar doktor-nya diakui di Indonesia ? Bagaimana melakukan penyesuaian di Universitasnya, bila mengajar kembali. Apakah disamakan dengan gelar doktor yang diperoleh di perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Gelar doktor yang diperolehnya dari perguruan tinggi Luar Negeri , yang notabene, dengan UIN Pamekasan Madura saja kalah peringkatnya.

Apabila disamakan, maka kejadian ini akan ditiru oleh banyak orang. Yang penting mendapatkan gelar doktor Luar Negeri, tidak perduli apakah perguruan tinggi itu baik mutunya atau kurang dibandingkan dengan perguruan Tinggi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun