Mohon tunggu...
MUHAMMAD VICKY HASURUNGAN
MUHAMMAD VICKY HASURUNGAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Tanjungpura

Menonton Film, Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hedonisme dan Pemikiran Plato dalam Konteks Masyarakat Indonesia

11 September 2023   18:09 Diperbarui: 11 September 2023   18:31 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hedonisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa kesenangan adalah hal yang baik secara intrinsik dan bahwa rasa sakit adalah hal yang jahat secara intrinsik. Selain itu, tujuan hidup adalah untuk mencapai kesenangan dan menghindari rasa sakit. Namun, Plato, seorang filsuf Yunani, percaya bahwa hedonisme adalah salah dan membentuk argumen melawannya melalui suara Socrates.

Di Indonesia, makna hedonisme telah mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan zaman. Di zaman modern ini, paham hedonisme sudah jauh berbeda dari paham etika hedonisme Epicurus. Hedonisme saat ini disandingkan dengan makna kemewahan, gaya hidup berlebihan, dan cenderung kepada perilaku konsumtif.

Hedonisme sering dianggap sebagai pandangan yang menyarankan kehidupan seperti sapi yang merumput, seperti yang dikatakan oleh Plato dalam Philebus. Dalam dialog Protagoras karya Plato, Socrates berdebat tentang apakah kebajikan dapat diajarkan dan menguraikan hedonisme sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.

Namun, dalam kritiknya terhadap hedonisme dalam Philebus, Plato menyarankan bahwa kebutuhan akan kesadaran diri atau pengetahuan diri mungkin akhirnya lebih mendasar bagi semua manusia (dan karenanya bagi hedonis) daripada bahkan keinginan akan kesenangan. Pengalaman setidaknya beberapa kesenangan merupakan hambatan besar untuk pengetahuan diri yang kita cari.

Dalam konteks masyarakat Indonesia, hedonisme harus disikapi secara kritis dan bijaksana. Kehidupan manusia dalam masyarakat yang semakin berkembang ini selalu berkaitan erat dengan segi jasmani dan rohani. Oleh karena itu, mengejar kesenangan semata mungkin tidak cukup untuk mencapai kebahagiaan yang sejati.

Dengan demikian, meskipun hedonisme menawarkan jawaban yang kuat untuk pertanyaan "Bagaimana saya harus hidup?", pandangan Plato menunjukkan bahwa ada lebih banyak hal yang perlu dipertimbangkan selain kesenangan semata. Kebutuhan akan pengetahuan diri mungkin lebih penting daripada keinginan akan kesenangan, dan mengejar kesenangan semata mungkin menghalangi pencapaian pengetahuan diri tersebut. Dalam konteks masyarakat Indonesia, hal ini menjadi sangat relevan karena kita sedang membangun di segala bidang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun