Jika kita ingin tetap percaya bahwa anak adalah pembawa rezeki, maka kita harus percaya pula bahwa rezeki itu hanya datang ketika cinta, akal sehat, dan tanggung jawab ikut menyertainya. Jika tidak, maka anak-anak itu hanya akan menjadi angka-angka dalam laporan tahunan kemiskinan, menjadi wajah-wajah yang tertutup sensor dalam berita kekerasan domestik, menjadi luka yang diam-diam diwariskan ke generasi berikutnya.
Kini saatnya mengubah cara pandang. Narasi “banyak anak banyak rezeki” harus diletakkan dalam konteks yang lebih bijaksana. Mereka yang dilahirkan ke dunia bukan hanya butuh cinta dan kasih sayang. Mereka butuh pengakuan. Butuh keluarga. Butuh kehidupan yang layak. Mereka butuh kebebasan dari beban yang tidak mereka pilih.
Karena sejatinya, mereka bukan beban. Tapi merekalah yang akan menilai, apakah orang tua pernah benar-benar dewasa dalam memikul tanggung jawab menjadi orang tua bagi mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI