Mohon tunggu...
Muhammad Thareq Sinatria
Muhammad Thareq Sinatria Mohon Tunggu... Lainnya - Alumni Mahasiswa UNS

Lulusan HI UNS tahun 2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Desa Bangkit Sejahtera: CSR Yayasan Hadji Kalla sebagai Panutan Perusahaan-perusahaan di Indonesia

2 Oktober 2022   13:23 Diperbarui: 2 Oktober 2022   13:32 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstrasi pembuatan Gula Aren menjadi Gula Semut di Desa Tompo Bulu (Sumber: https://www.yayasanhadjikalla.co.id)

Program DBS sebagai Panutan untuk Perusahaan-Perusahaan di Indonesia

Secara singkat, Program DBS merupakan salah satu program CSR dari bidang Economic and Social Care milik Kalla Group. DBS ada sejak tahun 2015 dan ini bertujuan untuk meningkatkan tingkat ekonomi dan sosial warga melalui kegiatan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat. Disini, yang mendapatkan bantuan dari program ini adalah desa-desa yang memiliki status ‘Sangat Tertinggal’ di Indeks Desa Membangun (IDM).

IDM secara mudahnya diartikan sebagai suatu kriteria yang menentukan apakah suatu desa berhasil atau tidak dalam melaksanakan pembangunannya dan memberdayakan masyarakatnya. Adapun kriteria tersebut adalah Indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi, dan Indeks Ketahanan Lingkungan.

Melalui DBS, ada satu hal penting yang perlu Saya kemukakan untuk menunjukkan bahwa CSR dari Kalla Group ini bisa dijadikan panutan untuk semua perusahaan di Indonesia.

Hal tersebut karena DBS sesuai dengan salah satu agenda Nawa Cita yakni,”Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam rangka negara kesatuan”.

Agenda tersebut bermakna bahwa pembangunan yang ada tidak lagi difokuskan kepada kota-kota saja, tetapi juga sampai ke desa-desa, terutama dari desa terpelosok dan tertinggal sekalipun.


Tujuan dari salah satu agenda Nawa Cita ini adalah pemerataan pembangunan agar masalah-masalah yang ditimbulkan dari ketidakmerataan pembangunan desa dan kota, seperti ledakan penduduk di kota akibat perpindahan penduduk dari desa ke kota sehingga ada peningkatan kebutuhan, meningkatnya angka kemiskinan di kota akibat banyaknya tenaga kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan di kota, kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) di desa sehingga desa tidak ada yang membangun dan mengembangkan, dll.    

Pembangunan disini, tidak hanya berfokus pada infrastruktur saja. Tetapi, juga termasuk dengan pengembangan Sumber Daya Alam (SDA), SDM, ekonomi, sosial, pendidikan, lingkungan, dll. yang ada di desa.

Kesesuaian antara DBS dan Nawa Cita yang ini adalah fakta bahwa DBS bertujuan untuk meningkatkan tingkat ekonomi warga melalui kegiatan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola SDA yang mereka miliki, sehingga secara efektif dapat membangun wilayah desa yang dituju, terutama di bidang ekonomi dan kemampuan SDM-nya.

Disini, perlu diingat bahwa DBS menargetkan desa-desa yang memiliki status “Sangat Tertinggal” di Indeks Desa Membangun (IDM).

Target dari DBS sendiri adalah desa-desa yang berada di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Di tahun 2022 ini, ada 11 desa dari keempat wilayah provinsi tersebut yang mendapatkan bantuan dari program DBS. Desa-desa tersebut adalah Desa Adadadio, Desa Sattoko, Desa Kurrak, Desa Kasumewuho, Desa Sering, Desa Tanampedagi, Desa Tajo, Desa Baringeng, Desa Tompobulu, Desa Poleonro, dan Desa Mattirowalie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun