Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

[International Coffee Day] Di Takengon, Sajikan Kopi dengan Senandung

2 Oktober 2016   10:54 Diperbarui: 2 Oktober 2016   21:00 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sahru, meracik kopi dengan senandung [Foto: dokpri]

Bertepatan dengan Hari Kopi Internasional 1 Oktober, warga Dataran Tinggi Gayo menyambutnya dengan beragam aktivitas. Sederhana tetapi bermakna. Bagi para petani, hari kopi adalah setiap hari. Makanya, mereka menyambutnya dengan menyiangi ladang, merawat tanaman sembari memetik kopi.

Sedangkan para pedagang pengumpul, mereka siap sedia menampung dan membeli seberapa pun banyaknya buah kopi [ceri merah] dari petani. Lalu, buah kopi ceri merah itu digiling menjadi gabah, dijemur sampai kering dan menghasilkan green bean. Inilah aktivitas pedagang pengumpul.

Berbeda dengan petani dan pedagang pengumpul, para barista dari puluhan cafe di kota Takengon menggelar beragam atraksi dan diskon. Ada live music, diskusi kecil di meja kopi, diskusi melalui media jejaring sosial yang membahas masa depan kopi Gayo, sampai dengan pemberian diskon dan free charge bagi para pengunjung cafe.

Seperti yang dilakukan oleh Erwin Pratama, owner ARB Cafe Reje Bukit Takengon, menyediakan espresso gratis alias free charge untuk para pelanggan [sahabat]. “Dalam rangka memperingati International Coffee Day 01 Oktober 2016, kami persembahkan KOPI & SENI buat para Sahabat,” tulis Erwin Pratama di laman Facebooknya.

Bayakmi Cafe yang berada di bilangan Jalan RSU Datu Beru Kebayakan Takengon tampil dengan sajian berbeda. Mereka bukan menyediakan kopi gratis bagi pelanggan yang datang kesana, tapi menghibur mereka dengan “Jangin Kupi” [senandung kopi]. Unik, dan baru pertama kali.

Kisahnya seperti apa? Penyaji kopi bernama Sahru menuangkan air panas perlahan-lahan kedalam coffee drip decanter. Lalu cairan hitam menetes dari penampang drip yang berbentuk piramida. Cairan itu memenuhi dasar bejana transparan yang berada di bagian bawah drip.

Kemudian, anak muda berusia 23 tahun itu menggoyang alat peracik kopi sederhana tersebut. Hasilnya, krema berwarna coklat muda menebal di permukaan cairan kopi. Sahru bangkit dan berdiri di pelataran Bayakmi Cafe. Dia menari dan bersenandung sambil menggoyang bejana coffee drip decanter.

Krema makin mengental di permukaan cairan kopi membentuk layer coklat muda dan hitam. Gerakannya makin bersemangat dengan suara menggelegar. Dia memekik, seolah-olah membaca “mantra” untuk kopi yang sedang diraciknya.

Pelanggan yang malam itu hadir di Bayakmi Cafe sangat terhibur dengan atraksi Sahru. Di antara para pelanggan di sana, ada sejumlah seniman nasional dari kelompok Rangkaian Bunga Kopi, seperti Fikar W Eda, Jassin Burhan, Yopi Smong, dan Yoyok Harness.

Tanpa sadar, para seniman ini ikut bertepuk tangan mengiringi jangin kupi atau senandung kopi yang dibawakan Sahru. Tepukan mereka bernada irama didong, seharmoni dengan gerakan dan pekikan Sahru.

Sekitar 1,5 menit kemudian, Sahru mengakhiri senandung itu dengan membacakan Mantra Kopi Gayo.Apa isi mantranya? Ini kata-katanya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun