Mohon tunggu...
Muhammad Sulthan
Muhammad Sulthan Mohon Tunggu... Politisi - Founder Klinik Politik Indonesia dan Wasekjend PB HMI 2021-2023

Belajar, Bergerak, Berkarya.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Membaca Arah Peta Koalisi Pilkada Jakarta 2024

28 April 2024   17:22 Diperbarui: 30 April 2024   13:49 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jajaran tokoh yang masuk dalam bursa calon gubernur DKI Jakarta, (kiri-kanan) Ahmad Sahroni, Ahmed Zaki, Ahmad Reza Patria, Tri Rismaharini, Heru Budi, dan Ridwan Kamil. Pilkada Jakarta menurut rencana akan digelar pada November 2024. REPRO TIM MEDSOS KOMPAS/SHEREN LIDYA

Seorang figur dianggap mampu merepresentasikan komunitas terbesar di Jakarta, serta mampu pula mengartikulasikan kepentingan-kepentingan yang ada. Bahwa suku Betawi adalah etnis yang mempunyai darah asli atau pribumi di Jakarta, namun sejak menjadi kota metropolitan-Kepemimpinan di Jakarta tidak selalu harus dipimpin oleh orang bersuku Betawi. 

Oleh karenanya strategi politik populisme kontemporer, para figur yang hendak maju sebagai Calon Gubernur; perlu memandang penyesuaian terhadap elit-elit yang ada untuk kemudian memperoleh resources politik yang cukup untuk maju dalam kontestasi Pilkada Jakarta. 

Dalam 10 tahun terakhir, pilkada Jakarta erat kaitannya dengan politik identitas yang menjadi komoditas politik populisme, tidak menutup kemungkinan faktor "identitas" adalah sesuatu yang dipandang oleh para elit politik nasional.

Karena faktor "identitas" menjadi salah satu nilai jual individu yang menavigasi kekuatan spektrum politik yang ada saat ini, lahirnya sosok Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil merupakan para politisi yang berangkat dari strategi politik populis yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan para elit politik nasional-dalam artian pasar menginginkan hadirnya orang-orang tersebut karena mempunyai karakter kepemimpinan yang kuat dan selaras dengan pemahaman politik masyarakat terhadap sosok pemimpin.

Wajar apabila PKS, PKB dan Nasdem akan membersamai kembali di Pilkada Jakarta, secara elektoral ketiga partai tersebut sangat diuntungkan dalam pencalonan Anies Baswedan di Pilpres 2024, karena mempunyai dampak terhadap meningkatnya jumlah kursi ketiga partai tersebut. 

Meskipun harus kalah tipis dengan Prabowo Subianto di Jakarta. Tetapi semuanya masih mempunyai kemungkinan, terkadang ada beberapa partai politik yang memiliki ego ideologis untuk mengusung kader dari partainya-terdapat pula partai politik, tidak begitu memandang kadernya untuk maju dalam kontestasi Pilkada. 


Semuanya masih memungkinkan terjadi, Gerindra sebagai "Partai Presiden" ingin mempunyai calon gubernur yang berasal dari kader internalnya sendiri. Bahwa peta koalisi pilkada dki akan sejalan dengan figur yang akan diusung oleh masing-masing partai politik, namun setiap parpol tidak mempunyai tiket "bypass" langsung mencalonkan Gubernur dan Waki Gubernur.

Anything can happens, PKB dahulu telah membersamai Prabowo, akhirnya bersama Anies. Demokrat dahulu sudah bersama dengan Anies, akhirnya berpaling ke Prabowo. 

Kekuatan masing-masing partai politik cenderung berimbang untuk Pilkada besok, karena tidak ada yang sangat mendominasi dari segi jumlah kursi.

Sekiranya hanya PPP dan Perindo yang bersiap untuk ikut pada salah satu koalisi yang sudah terbentuk, kecuali dapat memunculkan figur yang mampu mengakomodasi setiap kepentingan---meski sulit terjadi.

Sumber Literatur:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun