Mohon tunggu...
Moh. Samsul Arifin
Moh. Samsul Arifin Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka membaca dan menulis apa saja

Saya suka menulis, dan membaca apa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kalau Orang Madura di Soal "Wawasan Kebangsaan"

9 Juni 2021   09:11 Diperbarui: 9 Juni 2021   09:53 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu salat Subuh pakai Qunut apa tidak?

Kami baca qunut, kami menghafal doa qubut sama dengan kami menghafal bacaan salat sejak kecil. Qunut itu wajib, tidak baca qunut berarti tidak sah, dan bahkan setelah kami tahu bahwa qubut itu bukan salah satu rukun shalat, kami tetap baca qunut setiap salat subuh.

Pilih Pancasila atau Al Quran?

Pasti saya pilih Al-Quran. Kitab suci itu tidak akan pernah sama (level, urgensitasnya) dengan kitab suci lainnya, apalagi hanya dibanding-bandingkan dengan hasil kesepakatan (konsensus) manusia dalam hal Ideologi Negara seperti Pancasila, demokrasi, komunitarisme dll. 

Al Quran merupakan kalamullah (kalimat Allah) Sang Maha Pencipta alam semesta, Sang Maha Mulia dan Maha Kuasa atas segala-galanya. Tidak bisa Al Quran dibandingkan dengan Pancasila.

Lagi pula, bukankah Pancasila itu sendiri adalah representasi Al Quran secara tersirat. Lihat poin-poinnya; 1) Ketuhanan Yang Maha Esa (QS.al-Ikhlas:1-4), 2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (QS.al-Hujurat:13), 3) Persatuan Indonesia (QS.al-Hujurat:10), 4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusywaratan Perwakilan (QS.al-Imran:159), dan 5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (QS.al-Hujurat:13).

Kita tidak bisa membandingkan atau harus pilih beras apa nasi, jawabannya selalu relatif. Jika kebutuhannya untuk dimakan, pasti kita pilih nasi (kecuali anda pemain debus yang sedang melakukan atraksi pertunjukan), jika untuk ditanam, tidak mungkin anda memilih nasi. Beras dan nasi pada hakikatnya sama, hanya kegunaannya selalu bergantung pada keadaan dan kebutuhannya masing-masing.

Memakai Ayat Al Quran sebagai dasar Negara (Piagam Djakarta) tidak mungkin dilakukan. Itu sudah terbukti dulu pada rapat BPUPKI saat ada golongan yang tidak setuju, karena mereka menganggap itu hanya mewakili umat islam dan tidak mewakili rakyat Indonesia secara keseluruhan yang bermacam-macam kayakinannya.

Sebagai jalan keluar, maka lahirlah (disepakatilah) Pancasila (Lima Sendi Pokok Negara Indonesia) ini yang sebenarnya hanya berubah redaksinya saja. Namun esensinya tetap (sama), berasal dan memiliki nilai-nilai yang ada dalam Al Quran.

Akhirnya saya harus sampaikan, ini adalah bentuk opini dan tidak mungkin mewakili rakyat Madura secara keseluruhan, namun saya yakin, catatan sejarah yang kami tulis, paling tidak membantu mencerahkan polemik TWK yang sedang viral akhir-akhir ini. Semoga bermanfaat.

materiedukasi.com
materiedukasi.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun