Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pengakuan Itu Tergantung Tempatnya

1 September 2021   22:37 Diperbarui: 22 November 2021   23:36 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita tahu sendiri, kalau kepala sekolah itu dibanty oleh wakil bidang kurikulum, humas, kesiswaan, dan sebagainya, sesuai dengan kebutuhan sekolah saat itu. 

Tapi, memang tidak bisa dipungkiri kalau Pak Rudi bukan orang politik. Semua tahu kalau politik itu harus (istilah jawanya) 'tegen'. Maksudnya, kadangkala jabatan itu dapat diraih oleh dua hal, yaitu prestasi atau menjilat. 

Hal itu sudah lumrah dan mayoritas, orang politik itu dikenal penjilat. Kita tahu orang yang berprestasi dan berhasil naik jabatan itu dapat dihitung hari jumlahnya. Selain itu, ya pakai sistem dinasti-lah, nepotisme-lah, suap-menyuap-lah, dan sebagainya. Makanya harus tegen. 

Nah, permasalahannya, terkadang dijumpai dari sebagian kita yang dulu pernah berada di tempat yang tepat. Namun, setelah berjalannya waktu, kita kadang dipaksakan oleh keadaan untuk harus kuat hati agar melaksanakan tugas dengan baik. 

Meski banyak teman dari kita yang mungkin menghina, meremehkan, dan merendahkan kita. Namun ya apa boleh buat. 

Momen pengakuan itu tergantung tempatnya tidak bisa kita dapatkan setiap saat. Kadangkala kita harus banting setir dan beralih tugas agar bisa menjadi diri kita sendiri, kadangkala harus kuat hati melaksanakan tugas tersebut,meski itu bukan keinginan hati. 

Misalnya begini, saya sekarang profesinya adalah dokter. Padahal, saya memiliki passion di bidang mengajar. Serasa hati berkatw kalau ini bukan pekerjaan yang tepat untuk saya. 

Namun, terkadang ada momen ketika kita dihargai bahkan disaat kita menjadi orang lain, bukan diri kita pribadi. Ya contohnya seperti diatas tadi. Ternyata, ketika saya menjadi dokter, lingkungan dan teman-teman saya sangat menghargai mendukung saya. 

Intinya momen pengakuan itu tergantung tempatnya itu momen setiap orang berbeda-beda. Dan tentu, tidak setiap saat kita dapat momen tersebut.

By: M. Saiful Kalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun