Kita tahu sendiri, kalau kepala sekolah itu dibanty oleh wakil bidang kurikulum, humas, kesiswaan, dan sebagainya, sesuai dengan kebutuhan sekolah saat itu.Â
Tapi, memang tidak bisa dipungkiri kalau Pak Rudi bukan orang politik. Semua tahu kalau politik itu harus (istilah jawanya) 'tegen'. Maksudnya, kadangkala jabatan itu dapat diraih oleh dua hal, yaitu prestasi atau menjilat.Â
Hal itu sudah lumrah dan mayoritas, orang politik itu dikenal penjilat. Kita tahu orang yang berprestasi dan berhasil naik jabatan itu dapat dihitung hari jumlahnya. Selain itu, ya pakai sistem dinasti-lah, nepotisme-lah, suap-menyuap-lah, dan sebagainya. Makanya harus tegen.Â
Nah, permasalahannya, terkadang dijumpai dari sebagian kita yang dulu pernah berada di tempat yang tepat. Namun, setelah berjalannya waktu, kita kadang dipaksakan oleh keadaan untuk harus kuat hati agar melaksanakan tugas dengan baik.Â
Meski banyak teman dari kita yang mungkin menghina, meremehkan, dan merendahkan kita. Namun ya apa boleh buat.Â
Momen pengakuan itu tergantung tempatnya tidak bisa kita dapatkan setiap saat. Kadangkala kita harus banting setir dan beralih tugas agar bisa menjadi diri kita sendiri, kadangkala harus kuat hati melaksanakan tugas tersebut,meski itu bukan keinginan hati.Â
Misalnya begini, saya sekarang profesinya adalah dokter. Padahal, saya memiliki passion di bidang mengajar. Serasa hati berkatw kalau ini bukan pekerjaan yang tepat untuk saya.Â
Namun, terkadang ada momen ketika kita dihargai bahkan disaat kita menjadi orang lain, bukan diri kita pribadi. Ya contohnya seperti diatas tadi. Ternyata, ketika saya menjadi dokter, lingkungan dan teman-teman saya sangat menghargai mendukung saya.Â
Intinya momen pengakuan itu tergantung tempatnya itu momen setiap orang berbeda-beda. Dan tentu, tidak setiap saat kita dapat momen tersebut.
By: M. Saiful Kalam