Mohon tunggu...
muhammad sadji
muhammad sadji Mohon Tunggu... Lainnya - pensiunan yang selalu ingin aktif berliterasi

menulis untuk tetap mengasah otak

Selanjutnya

Tutup

Bola

Liga Kampung Soekarno Cup

29 November 2023   20:59 Diperbarui: 29 November 2023   21:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bali menjuarai Liga Kampung Sukarno Cup U-17. (Sumber: CNN Indonesia)

       Industri persepakbolaan semakin menggairahkan dan menggiurkan di seluruh dunia. Di masa lalu turnamen sepak bola bergengsi hanya berlaku bagi kalangan dewasa saja. Tetapi sejak tahun 1985, FIFA malah sudah mengadakan turnamen untuk tingkat usia tujuhbelas tahun dan dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Sudah delapanbelas kali turnamen diadakan dengan sekali gagal karena suasana pandemi Covid-19 yang seharusnya diselenggarakan di Peru pada tahun 2021. Indonesia yang batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada bulan Juni/Juli 2023 karena Indonesia menolak kehadiran tim Israel, akhirnya kebagian untuk menjadi tuan rumah turnamen World Cup U-17. Dalam 18 kali turnamen tersebut telah tercipta para pemain top dunia misalnya Luis Vigo, Francesco Totti, Ronaldinho, Xavi, Andreas Iniesta, Neymar dan lain-lain.

       Dengan persiapan yang sangat singkat tetapi cukup mengagumkan. Persiapan stadion agar memenuhi persyaratan FIFA dan pencarian pemain U-17 yang cukup sulit karena tanpa persiapan sebelumnya menjadi tantangan tersendiri. Pada tanggal 3 April 2023 Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah karena prasarana Peru yang sebelumnya ditetapkan sebagai tuan rumah untuk kedua kalinya, kondisinya rusak parah. Dan sejak 10 November 2023 bertepatan dengan Hari Pahlawan, telah berlangsung Turnamen Piala Dunia U-17 di empat kota yaitu Surabaya (Stadion Gelora Bung Tomo), Solo (Stadion Manahan), Bandung (Stadion Si Jalak Harupat), dan di Jakarta (Jakarta International Stadium). Dan ternyata, penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 membuat semangat baru bagi sepak bola di tanah air. Dalam beberapa bulan ini, telah dicanangkan Liga Kampung Soekarno Cup yang memperebutkan trofi "Sang Proklamator".  

Menurut Ketua Pelaksana Turnamen Soekarno Cup Mochammad Nur Arifin di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada saat jumpa pers sebagaimana disiarkan Kantor Berita Antara, ada dua poin penting penyelenggaraan turnamen ini. Yaitu, bertujuan untuk menjaring bibit-bibit pesepakbola muda Indonesia. Juga untuk mengenang jasa Bung Karno yang sangat penuh perhatian terhadap persepakbolaan di Indonesia. Bung Karno pernah menyampaikan bahwa sepak bola menjadi alat diplomasi dan anti kolonialisme. Turnamen Liga Kampung U-17 ini diharapkan dapat menyumbang aset-aset penting bagi timnas Indonesia yang sempat mengalami kesulitan ketika mempersiapkan khususnya mencari para pemain dan sempat dicibir oleh berbagai kalangan yang sinis. Dengan dicanangkannya Liga Kampung serentak serta berkesinambungan pembinaannya di seluruh Indonesia, diharapkan akan tercetak pemain-pemain muda berbakat di berbagai daerah secara merata. Sebagai contoh, di Tidore saja sudah berhasil terlaksana turnamen tersebut dengan tema khusus anti narkoba dan anti miras yang merupakan tantangan pembinaan generasi muda akhir-akhir ini.

Panitia Liga Kampung Soekarno Cup 2023 berfoto bersama dengan Piala Soekarno Cup. (Sumber: Tribunnews) 
Panitia Liga Kampung Soekarno Cup 2023 berfoto bersama dengan Piala Soekarno Cup. (Sumber: Tribunnews) 

       Pemilihan nama turnamen Liga Kampung Soekarno Cup tidaklah berlebihan. Sebagai Proklamator dan Presiden Pertama NKRI terbukti sangat tanggap terhadap olahraga khususnya sepak bola. Menteri Olah Raga pertama pada awal-awal paska kemerdekaan adalah Maladi yang berlatar belakang pemain sepak bola dan bermusik keroncong. Menyelenggarakan Pekan Olah Raga Nasional (PON) I di Solo pada tahun 1949 yang baru diikuti oleh beberapa Karesidenan di Indonesia adalah awal ambisi Presiden Soekarno dalam membangun olahraga. Pengakuan terhadap keberadaan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang sudah berdiri sejak 1930 pada masa pemerintahan Hindia Belanda, dibuktikan dengan dibangunnya Monumen PSSI. Tepat ketika HUT ke-25 PSSI, di lokasi sebelah Utara Stadion Mandala Krida Jl. Mawar no. 1, Gondokusuman -- Yogyakarta, monumen itu diresmikan pada tanggal 3 Juli 1955 oleh Presiden Soekarno, tetapi konon monumen itu sekarang kondisinya terabaikan. Presiden Soekarno juga pernah melakukan diplomasi melalui sepak bola. Ketika Indonesia mengikuti Olympiade Helsinki -- Finlandia tahun 1952, Menteri Olah Raga Maladi yang juga menjabat Ketua PSSI, tertarik permainan apik kesebelasan Yugoslavia yang diasuh Toni Pogacnik. Maladi menjalin hubungan baik dengan Toni Pogacnik dan meminta agar bersedia melatih timnas Indonesia dalam rangka persiapan mengikuti Asian Games dan Olympiade. 


Karena belum ada hubungan diplomatik maka keinginan tersebut menimbulkan hambatan. Presiden Soekarno kemudian memberi restu memperkenankan bendera nasional Yugoslavia dikibarkan dan lagu kebangsaannya boleh diperdengarkan dan dinyanyikan sebelum pertandingan di Indonesia. Berikutnya, Presiden Soekarno menyampaikan surat permintaan kepada Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito agar Toni Pogacnik diijinkan untuk melatih Tim Nasional Indonesia. Dan ternyata, upaya Presiden Soekarno tersebut membuahkan hasil, Toni Pogacnik resmi dikontrak untuk melatih Timnas Indonesia sejak tahun 1954 sampai dengan 1964. Hasilnya, pada Asian Games Manila 1954, Timnas Indonesia mampu menembus babak semifinal, dan di Asian Games Tokyo 1964 sukses mendapatkan medali perunggu. Bahkan pernah dalam suatu kunjungan kenegaraan ke Eropa Timur, Presiden Soekarno membawa juga Timnas Sepak Bola untuk laga persahabatan dengan kesebelasan tuan rumah. Agaknya Presiden Soekarno sangat memahami bahwa sepak bola adalah jenis olahraga yang bisa merepresentasikan atau mewakili suatu negara. Tim yang bertanding berjumlah 11 orang ditambah tim penunjang yang cukup banyak, dan sebelum bertanding bendera nasional dipertontonkan berikut pengumandangan lagu kebangsaan masing-masing negara yang berlaga. 

Pembangunan Istana Olah Raga Gelora Bung Karno (Istora GBK) pada tahun 1962 adalah juga termaksud cita-cita membangun olahraga khususnya sepak bola di tanah air. Oleh karena itu, sangat layak apabila nama Sang Proklamator diabadikan dalam Liga Kampung Soekarno Cup untuk membangun nasionalisme lewat sepak bola. Selanjutnya, seluruh kampung di Indonesia yang ribuan jumlahnya diharapkan menyambut baik dan berbenah untuk membangun sehingga tercipta industri persepakbolaan yang maju dan tangguh di tanah air. Berbagai Liga Sepak Bola sudah terbentuk dan sudah rutin menyelenggarakan turnamen, tampil kemudian Liga Kampung Soekarno Cup yang selayaknya perlu disambut baik oleh seluruh rakyat Indonesia.*****Bekasi, November 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun