Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Sony Vision-S, Terobosan Baru Sony pada Debut Otomotif

8 Januari 2020   22:37 Diperbarui: 8 Januari 2020   22:45 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sony baru saja meluncurkan mobil konsep listriknya, Vision-S. Sesuai penamaannya, mobil ini mewakili filosofi Sony sebagai semangat kebebasan dan keterbukaan terhadap inovasi. Hal ini senada dengan pernyataan CEO Sony Kenichiro Yoshida bahwa perwujudan mobil ini dapat mencapai kemajuan dunia terhadap mobilitas.

Mobil konsep Vision-S ini dipamerkan dalam ajang CES (Consumer Electric Show) di Las Vegas, Amerika Serikat pada Selasa (07/01/2020). Dilihat dari tampilan, lampu depan mobil ini memiliki kemiripan dengan Porsche Taycan. Sedangkan pada bentuk secara menyeluruh, desain mobil ini mirip dengan Tesla Model S.

Porsche Taycan 2020               
            googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Porsche Taycan 2020 googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});

Tesla Model S
Tesla Model S


Garis lengkungan memanjang mobil Vision-S mirip dengan gril depan Lucid Motor Air. Begitu juga dengan tampilan samping dan model kacanya.

Lucid Motor Air
Lucid Motor Air

Mobil ini dianggap menerapkan sistem otonom level 4 atau High Driving Automation. Sistem ini berperan menilai mobil-mobil, terutama mobil listrik, yang menerapkan sistem berkendara swakemudi. Hal ini sesuai dengan Sony Vision-S yang menerapkan 33 sensor dengan 12 kamera, 17 sensor radar dan ultrasonic, dan 3 sensor lidar solid state.

Dukungan sistem sensor ini menjadi peluang bagi Sony untuk dapat memulai tes swakemudi atau self driving test. Hal ini mengingat Sony memiliki pengalaman dalam produksi sistem sensor kendaraan dan gawai.

Terkait dengan sensor, mobil ini didukung oleh beberapa sistem otopilot yang mendukung kenyamamanan berkendara secara lebih. Sensor CMOS LDR High Resolution berguna untuk mengenali jalan, mendeteksi warna, dan objek.

Interior Sony Vision-S
Interior Sony Vision-S

Kemudian ada sensor Lidar yang berfungsi memanfaatkan keakuratan jarak agar dapat mengenali dan mendeteksi objek secara tepat saat berkendara di siang dan malam hari.

Ada juga sensor Time-of-Flight. Sensor kamera ini disematkan pada interior untuk mendeteksi dan mengenali orang atau benda dari dalam mobil. Informasi ini menyediakan sistem hiburan antarmuka intuitif seperti kontrol gerakan. Hal ini dilakukan demi keselamatan dan kenyamanan pengguna di dalam Vision-S.

Selain sensor, mobil ini menerapkan teknologi canggih yang sangat memanjakan penggunanya. Ada layar lebar (wide screen) di setiap bagian interior yang menampilkan entertainment, spidometer, menu aplikasi, hingga informasi dari sensor.

Layar itu terletak memanjang di dashboard (classboard-spinning) dan dua layar di atas sandaran kepala untuk penumpang belakang. Mobil ini merupakan mobil empat pintu dengan jumlah kursi untuk 4 penumpang.

Interior EV Byton
Interior EV Byton

Tatanan konsep layar depan mobil ini mirip dengan layar dashboard mobil buatan startup China EV Byton. Selain layar, mobil ini memiliki teknologi 360 Reality Audio dengan kejernihan suara tinggi yang dipancarkan dari tiap-tiap bangku. Serta, jaringan internet aktif yang seluruhnya didukung oleh pabrikan Blackberry dan Bosch.

Selain Sony dan Bosch, ada juga Continental, Nvidia, dan Qualcomm yang bekerjasama untuk membuat konsep mobil sedan ini.

Sistem penggerak mobil ini didukung oleh tenaga EV Platform terbaru yang dirancang oleh Pabrikan Otomotif Magna untuk baterai dan sistem kelistrikan. Mesinnya sendiri, terdiri dari 2 motor listrik dengan tenaga masing-masing 200 kWH (total 400 kWH setara 536 hp) di tiap poros rodanya.

Kekuatan mesin itu dapat menjangkau 0-100 km/jam hanya dalam waktu 4,8 detik dengan kecepatan maksimal 240 km/jam. Jarak jangkauannya menurut autonetmagz.com, bisa mencapai 284 mil atau setara 454 km. Mesin ini dikerjakan seluruhnya oleh Magna Steyr yang berperan dalam sisi teknikal.

Mobil listrik Vision-S ini diklaim menjadi mobil ramah lingkungan karena menggunakan tenaga listrik. Desainnya yang sporty dan inovasi besarnya menjadikan mobil ini menarik untuk dilirik. Apalagi, dikatakan oleh CEO Sony, Kenichiro Yoshida, penciptaan mobil ini mendukung era mobil listrik sebagai pengganti dari mobil konvensional.  

Sejarah Panjang Teknologi Sony hingga Kemunculan Mobil Listrik

Pagelaran Sony di CES 2020
Pagelaran Sony di CES 2020

Sony memiliki sejarah panjang di bidang teknologi. Awalnya, Sony bukanlah nama asli melainkan nama yang diubah akibat romanisasi di Jepang. Sony atau nama awalnya adalah Tokyo Tsushin Kogyo (menggunakan aksara Jepang) yang didirikan di swalayan daerah Shirokiya di distrik Nihonbashi, Tokyo pada 7 Mei 1946.

Didirikan pertama kali oleh Masaru Ibuka dan Akio Morita pasca Perang Dunia II, Tokyo Tsushin Kogyo atau disingkat TTK ini membuka penjualan tape recorder pertama kali yang disingkat Type-G. kemudian di tahun 1950-an, Ibuka keliling Benua Asia dan mengetahui adanya penemuan radio trsansistor Bell's Labs.

Ibuka meminta lisensi teknologi transistor dari Bell's untuk TTK. Secara umum, perusahaan Jepang masa itu membuat transistor untuk kepentingan militer. Hal itu tidak bagi Ibuka dan Morita yang menjadikan teknologinya sebagai sistem media informasi umum.

Meskipun perusahaan elektronik di Amerika Serikat di masa itu sudah mengembangkan transistor di bawah kerjasama Regency Electronics dan Texas Instrument, namun TTK bisa menggapai kesuksesan penjualan produknya.

Saking terkenalnya hingga mancanegara, Sony sudah mampu membeli perusahaan lain yang lebih besar termasuk Columbia Records. Perusahaan ini didirikan tahun 1888 di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan rekaman tertua yang masih bertahan.

TTK (kemudian menjadi Sony) mulai memproduksi radio transistor pertama yaitu TR-55 pada tahun 1955. TTK juga memproduksi TR-72 pada Desember 1955. Kemudian ada TR-6 tahun 1956, TR-6 tahun 1957 (radio transistor terkecil dari produksi era itu). Awalnya, perusahaan itu belum berganti nama menjadi Sony hingga Januari 1958.

Sony dianggap sebagai puncak kemajuan teknologi terbesar oleh Profesor Universitas Arizona, Michael Brian Schiffer, PhD. Contohnya, TR-63 mampu mengalahkan produk Amerika Serikat untuk pasaran elektronik skala kecil.

Anak muda di Amerika Serikat pada era 1950-an menjadi pangsa pasar terbesar dalam pembelian radio transistor. Hal ini menjadi keunggulan TTK sebagai pemasok dan produsen elsktronik dengan jumlah pembeli 100.000 di tahun 1955 menjadi 5 juta di tahun 1968.

Penjualan yang sukses, menjadikan mereka berfikir untuk mengubah nama yang sudah diromanisasi. Awalnya, TTK masih kukuh dengan namanya yang sudah melekat. Namun, mereka tidak memilih nama lama karena sudah ada nama perusahaan kereta api yang mengadopsi nama singkatan yang sama yaitu Tokyo Kyuko.

Inisiasi itu dilakukan oleh Masaru Ibuka dan Akio Morita karena penjualan transistornya yang diakui dunia. Akhirnya pada Januari 1958, mereka mengadopsi nama Sony Corporation sebagai nama yang mudah diucapkan siapapun termasuk orang asing. Sony menurut mereka memiliki filosofi yaitu semangat kebebasan dan keterbukaan dalam inovasi.

Hal ini berangkat dari sekelompok anak muda yang memiliki energi dan kemauan keras terhadap kreasi dan inovasi tidak terbatas. Semangat ini sesuai dengan representasi Ibuka dan Morita selaku pendiri Sony.

Sony terus melebarkan sayapnya di bidang penjualan audio, perekaman, dan penyimpanan. Hingga tahun 1988, Sony membeli CBS (Columbia) Records Group dari CBS dan menamakannya Sony Music Entertainment.  

Di era itu, peristiwa perang format kaset video pada awal tahun 1980-an menjadi yang terheboh. Saat itu, Sony memasarkan Bentamax yang melawan format VHS produksi JVC. Pada akhirnya, VHS menjadi pemenang serta merupakan standar dunia untuk pemutar kaset video rumahan.

Sony pun tidak menyerah. Mereka berupaya menciptakan format rekaman digital mereka yaitu Minidisc. Produk ini didorong untuk menjadi pengganti kaset video dari pesaingnya yang menggunakan format CD-R dan MP3. Sony juga memunculkan beberapa produk permainan seperti konsol Playstation. Terbaru, Sony memunculkan Playstation 5 di sela peluncuran mobil Sony Vision-S.

Tahun 2001, Sony memunculkan telepon seluler hasil kerjasama Sony (elektronik) dan Ericson (telekomunikasi seluler). Sudah banyak telepon seluler yang dihasilkan seperti T610, W850, S500i, P990, 802SE, K750i, M600i, hingga varian lainnya seperti walkman.

Pada 20 Juni 2004, Sony mendapat persetujuan dari Uni Eropa atas penggabungan Sony Music Entertainment dengan BMG dan menjadi Sony BMG. Mereka juga bersama dengan RIAA Universals untuk bekerjasama hingga menguasai saham 60 % dari pasar musik dunia.

Pada 13 September 2004, gabungan perusahaan pimpinan Sony berhasil menyelesaikan pembelian studio film Metro-Goldwyn-Mayer seharga US$ 5 miliar termasuk US$ 2 juta dalam bentuk hutang.

Kemudian pada 16 Februari 2012, Sony mengakuisisi seluruh saham Ericson dan menggantinya menjadi Sony Mobile. Selain telepon seluler, Sony memunculkan produk laptop yaitu VAIO.

Keuntungan dan reputasinya yang besar di bidang penjualan elektronik membuat Sony terus berinovasi.

Puncaknya pada 7 Januari 2020, Sony memunculkan produk fenomenalnya yaitu mobil dengan seri Vision-S. Mobil ini dimunculkan sebagai representasi dari inovasi teknologi listrik. Hal ini senada dengan pernyataan CEO Sony, Kenichiro Yoshida yang menyatakan bahwa masa depan adalah eranya mobilitas.

Ia menyatakan bahwa tren besar-besaran inovasi mobil listrik ini berangkat dari maraknya teknologi telepon seluler. Apalagi, sudah ada beberapa perusahaan teknologi yang menuangkan idenya dalam bentuk mobil konsep seperti Apple, Google, Samsung, hingga Xiaomi.

Hal ini sangat memungkinkan bagi perusahaan elektronik karena adanya teknologi baterai dan motor listrik. Fungsi tersebut tentu dapat diterapkan dalam pengembangan sistem elektrifikasi yang memungkinkan mobil bergerak menggunakan motor listrik.

Pasar otomotif telah menjadi magnet bagi perusahaan elektronik dan jasa internet raksasa. Kita tentu ingat dengan Tesla yang merupakan pelopor terbesar mobil teknologi listrik. Kemudian, ada Toyota Prius yang memiliki campuran antara mesin pembakaran dengan baterai.

Di akhir 2019 lalu, kita melihat mobil TOGG yang menjadi mobil listrik pertama buatan Turki. Terakhir baru-baru ini, kita dikejutkan dengan mobil Sony Vision-S buatan pabrikan asal Jepang yang murni memproduksi alat-alat elektronik.

Meskipun Sony Vision-S masih pada tataran konsep, penciptaan teknologi listrik yang mudah menjadikan banyak perusahaan terus berlomba. Berkaca pada fenomena tersebut, tentu Indonesia berpeluang mampu dalam menciptakan teknologi mobil listrik ini. Kita hanya bisa berharap pada anak-anak muda Indonesia di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun