Mohon tunggu...
Muhammad Rafi Rizqullah
Muhammad Rafi Rizqullah Mohon Tunggu... Lainnya - educated human

Saya Muhammad Rafi Rizqullah mahasiswa pendidikan Sosiologi UNJ 2020. Blog ini saya buat guna membagikan pengetahuan dan sekaligus sebagai wadah untuk memenuhi nilai suatu mata kuliah. Terima Kasih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengoptimalkan Peran Lembaga Pendidikan Sekolah dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka

26 Desember 2021   16:46 Diperbarui: 26 Desember 2021   17:21 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Dunia pendidikan tak luput dari dampak pandemi Covid-19. Oleh karena itu, tentu saja seluruh masyarakat di Indonesia sangat merasakan dampaknya. Pandemi Covid-19 membuat pembelajaran tatap muka berubah menjadi pembelajaran jarak jauh. Perjalanan pembelajaran jarak jauh secara daring sudah kita jalani selama beberapa bulan kebelakang dan hasilnya sudah kita ketahui bahwa pelaksanaan pendidikan ini kurang optimal. 

Dengan kekurangan tersebut maka perlu untuk memperbaiki dan menutupi berbagai kekurangan selama pembelajaran jarak jauh berlangsung. 

Maka dari itu kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara optimal guna menciptakan generasi emas penerus bangsa atau menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. 

Memasuki era new normal, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru terkait pendidikan dengan mengizinkan kegiatan pembelajaran tatap muka secara terbatas.

Seiring berjalannya waktu, pemerintah telah menetapkan adanya fase era new normal yaitu pola hidup baru di tengah pandemi virus corona di Indonesia, terutama di dunia pendidikan. Meskipun sekilas tampak sederhana, karena hanya memindahkan lokasi penyelenggaraan pendidikan dari sekolah ke rumah. 

Namun, pada kenyataannya di era new normal ini menuntun para guru untuk semakin produktif dan kreatif dalam memberikan materi pembelajaran kepada siswa.

Era new normal membuat semua kalangan bersiap untuk menerapkan kebiasaan hidup baru. Adaptasi kebiasaan hidup yang utama meliputi 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) dalam keseharian. Namun, adaptasi kehidupan juga meluas di segala bidang, salah satunya dalam aspek pendidikan. 

Dalam beradaptasi di situasi yang baru, seperti mulainya pembelajaran tatap muka tentu banyak perubahan-perubahan di sekolah baik dari sistem pembelajaran ataupun aturan di Sekolah, maka dari itu perlu mengoptimalkan peran lembaga pendidikan.

Dalam hal ini maka Sekolah, Guru, dan Murid harus mampu berkolaborasi dan saling memahami agar mencapai tujuan pendidikan yang ingin di capai, hal ini sesuai dengan teori struktural fungsional bahwa dalam masyarakat terdapat sturktur masyarakat dan setiap struktur sudah pasti mempunyai fungsi masing-masing. Maka dari itu, suatu lingkungan tak bisa dilepaskan dari peran atau fungsi manusia itu sendiri dalam suatu lingkungan. 

Maka dalam hal ini semua elemen pendidikan baik Sekolah, guru, dan murid mempunyai peran dan fungsinya masing-masing di dalam masyarakat agar terciptanya stabilitas tatanan sosial. 

Namun tak jarang dalam hal ini menimbulkan permasalahan apalagi dengan pembelajaran tatap muka maka siswa dan guru harus beradaptasi dengan keadaan yang baru, permasalahan ini dapat dikaitkan dengan teori struktural fungsional Emile Durheim. 

Maka dari itu tulisan ini mengkaji bagaimana mengoptimalkan peran lembaga pendidikan Sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka di era new normal dalam prespektif struktural fungsional Durkheim.

Isi

Peran Lembaga Pendidikan Sekolah dalam mengoptimalkan Pembelajaran Tatap Muka

Sekolah memiliki peran vital dengan harus memastikan proses pembelajaran tatap muka dengan aman dan nyaman bagi peserta didik dan tentu tenaga pendidik itu sendiri. Sekolah adalah satuan pendidikan yang dituntut untuk menyiapkan proses-proses Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dengan optimal. 

Karena sekolah memiliki peran yang sangat vital dalam proses Pembelajaran Tatap Muka Terbatas ini, maka akan sangat baik jika sekolah menggandeng para pemangku kepentingan di lingkungan sekolah tersebut. 

Komite sekolah, orang tua murid, para tokoh masyarakat setempat dapat dilibatkan dalam proses pengawasan PTMT ini agar tidak ada satu pun protokol kesehatan yang dilanggar sehingga PTMT pun berjalan lancar.

Lalu dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat menjadi salah satu syarat utama pelaksanaan PTMT di sekolah. Dalam hal ini maka, aturan protokol Covid-19 sangat diperhatikan dengan baik, diantaranya adanya ketersediaan alat cuci tangan yang memadai, menggunakan masker, membatasi jam kegiatan, dan menjaga jarak dengan mengurangi jumlah siswa per kelas sebanyak 50% tiap pertemuan. Ini berarti pembelajaran tidak bisa berlangsung sebagaimana pembelajaran tatap muka yang normal sebelum pandemi.

Selain itu untuk mengoptimalkan pembelajaran tatap muka maka Kepala sekolah harus bekerja sama dengan guru untuk mendesain program pembelajaran dan menentukan pelaksanaan program sekolah, seperti literasi atau program kekhasan lainnya. Setelah itu guru dapat merancang rencana pembelajaran dalam satu semester. 

Rencana pembelajaran didesain dengan sederhana, memuat langkah-langkah esensial dalam setiap minggunya. Setiap minggu ditulis dengan jelas kemampuan apa yang harus dicapai siswa dan tema apa yang diangkat. Program pembelajaran yang di desainpun harus menyesuiakan situasi dan kondisi di lingkungan sekolah tersebut.

Permasalahan Adaptasi Pembelajaran Tatap Muka Menurut Teori Struktural Fungsional Durkheim

Durasi waktu yang singkat selama PTM terbatas juga menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk mengembalikan fokus belajar siswa demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pelaksanaan PJJ selama lebih dari satu setengah tahun tentu membawa kebiasaan baru peserta didik dalam belajar. 

Sehingga penyusunan ulang perencanaan pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, sampai dengan pemilihan evaluasi pembelajaran mutlak harus dilakukan penyesuaian oleh sekolah dan guru. Program pada awal-awal PTM ini memang fokus utamanya adalah membiasakan kembali sekolah ini butuh proses yang tidak singkat. 

Apalagi sebelumnya peserta didik sudah terbiasa dengan model pembelajaran PJJ yang santai dan fleksibel. Lalu Semua warga sekolah mulai dari guru, karyawan, peserta didik, maupun wali murid harus bisa beradaptasi dengan protokol kesehatan. 

Namun tampak terlihat saat pembelajaran tatap muka berlangsung masih ada peserta didik yang memakai masker hanya sampai di dagu atau masih dijumpai siswa yang mengobrol, tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah dan guru dalam membiasakan standar protokol kesehatan pada peserta didik.

Dengan adanya permasalahan terkait adaptasi yang harus dilakukan oleh semua warga sekolah, maka hal ini dapat dikaitkan hubungannya dengan teori sosiologinya Emile Durkheim yaitu struktural fungsional. 

Durkheim melihat "pendidikan sebagai pemegang peran dalam proses sosialisasi atau homogenisasi, seleksi atau heterogenisasi, dan alokasi serta distribusi peran-peran sosial, yang berakibat jauh pada struktur sosial yaitu distribusi peran-peran dalam masayarkat. 

Berdarsarkan teori struktural fungsional, masyarakat dipandang sebagai subsistem sosial yang tersusun dari beberapa bagian secara struktural dan terdapat sebuah sistem yang satu dengan lainnya memiliki peran dan fungsinya masing masing agar tercipta stabilitas keharmonisan dalam masyarakat. Jadi apabila tidak ada kerjasama antara sistem sistem tersebut maka sistem tersebut tidak akan berjalan secara maksimal atau malah mengalami disfungsi. 

Maka dalam permasalahan adaptasi ini pemerintah, sekolah, dan masyarakat perlu bergerak bersama dan menjalankan peran sebagaimana mestinya, agar sistem ini bergerak/berada pada kondisi yang stabil. Seperti pemerintah menerapkan aturan memberi batas pada siswa per kelas sebanyak 50% tiap pertemuan, mewajibkan 3M, mengurangi waktu pembelajaran, dan menerapkan metode pembelajaran blanded learning. 

Lalu peran sekolah disini yaitu menjalankan aturan pemerintah, selain itu sekolah juga menyiapkan apa yang dibutuhkan sesuai aturan yang diberikan pemerintah seperti sekolah harus menyiapkan fasilitas cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir dan menerapkan jarak antara anak satu dan yang lainnya dan orang lain minimal satu setengah. Maka dari itu siswa juga perlu menerapkan aturan yang diberikan pemerintah pada sekolah disini keluarga terutama orang tua berperan dalam pengawasan dan membimbing anak agar taat pada aturan yang ada. 

Hal tersebut sesuai dengan teori Struktural Fungsional Emile Durkheim yang sangat menekankankan pada keteraturan, disini sistem-sistem tersebut yaitu pemerintah, sekolah, dan masyarakat saling berkaitan serta mempunyai peran dan fungsinya masing-masing di masyarakat sehingga menciptakan suatu keteraturan. Jika salah satu sistem tersebut ada yang tidak berfungsi dengan baik, maka akan memunculkan disfungsi di dalam proses pembelajaran di Sekolah.

Kesimpulan

Dalam dunia persekolahan, teori struktural fungsional memandang sekolah sebagai arena mewujudkan keteraturan sosial. Menurut teori ini, sekolah merupakan sebuah kesatuan sistem dimana di dalamnya terdapat bagian-bagian yang dibedakan dengan memiliki fungsi dan peran masing-masing. 

Sebagai suatu sistem, fungsi dari masing-masing bagian mewujudkan tatanan menjadi seimbang. Bagian tersebut saling ketergantungan antara satu dengan yang lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi akan merusak keseimbangan sistem. Sistem yang baik harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang terkait. 

Sistem pendidikan di saat pandemi Covid-19 seperti hubungan sekolah dengan keluarga, masyarakat, pemerintah, tenaga kesehatan, dan bagian-bagian yang memiliki keterkaitan lainnya, mereka saling berkaitan dan memiliki fungsinya masing-masing. Pendidikan juga harus terus menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan menyesuaikan situasi pandemi. 

Misalnya, institusi sekolah adalah subsistem yang melaksanakan fungsi pendidikan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar peserta didik melalui kerja sama dengan orang tua, dan masyarakat di sekitarnya. Melalui kerja sama yang baik, institusi sekolah bisa menyesuaikan diri dengan aturan-aturan pemerintah dengan menyesuaikan situasi pandemi Covid-19, lalu orang tua/masyarakat juga perlu mengingatkan anaknya pentingnya aturan-aturan tersebut. 

Dalam hal ini teori struktural fungsional memandang bahwa tiap masyarakat mempunyai fungsinya masing-masing untuk mencapai suatu keteraturan, untuk mencapai suatu keteraturan maka sistem tersebut harus seimbang . Dari hasil penulisan di atas maka terdapat saran dari penulis yaitu untuk para pemangku kepentingan pendidikan, sebaiknya terus mengoptimalkan kualitas pendidikan dengan mengembalikan keharmonisan Tri Pusat Pendidikan (pendidikan keluarga, sekolah, dan lingkungan) agar sesuai dengan peran dan fungsinya.

Daftar Pustaka

Buku

Sari, Dian Rinanta, dan Achmad Siswanto. (2021). Sosisologi Pendidikan. Jakarta: Laboratorium Pendidikan Sosiologi UNJ.

Maliki, Zainuddin. (2010). Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers.

Doyle Paul Jhonson. (1994). Teori Sosiologi Klasik Dan Modern. Jakarta: P.T Gramedia.

Jurnal

Maunah, B. (2016). Pendidikan dalam Perspektif Struktural Fungsional. Cendekia, 10(2), 159-178.

Nugroho, M. M., Syamsuar dkk. (2021). ANALISIS KESIAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN. Publicuho, 3(3), 523--542.

Annur, F. (2021). Pembelajaran Tatap Muka di Tengah Pandemi Covid-19: Studi Kasus pada Madrasah Aliyah Nurul Huda Pekandangan Barat. 5(1), 17--36.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun