dan MPU-9250 mencapai 95% dalam mendeteksi kemiringan.
Sistem mampu merespons perubahan kondisi hanya dalam waktu kurang dari dua detik, membuat alarm tradisional genta angin berbunyi sebelum tanah benar-benar bergerak.
"Kami ingin masyarakat punya peringatan dini yang sederhana tapi efektif, tanpa tergantung sinyal internet," tambah Almer, rekan satu timnya.
 Kearifan Lokal Bertemu Kecerdasan Buatan
Uniknya, GENTARI tak hanya mengandalkan kecanggihan teknologi, tapi juga membawa filosofi "teknologi yang berakar pada budaya." Genta angin yang biasanya menjadi hiasan rumah kini berubah fungsi sebagai penjaga keselamatan warga.
Dengan akurasi prediksi mencapai 93%, sistem ini menjadi langkah maju menuju teknologi mitigasi bencana buatan siswa Indonesia.
Melalui kombinasi AI, IoT, dan kearifan lokal, GENTARI menunjukkan bahwa generasi muda Jombang mampu menghadirkan solusi konkret terhadap masalah nasional seperti longsor dan cuaca ekstrem.
 Menuju Adopsi Nasional
Tim berharap GENTARI dapat dikembangkan lebih lanjut bersama BPBD dan BMKG, serta diintegrasikan ke dalam sistem pemantauan bencana nasional.
"Kalau bisa digunakan di banyak desa rawan longsor, kami yakin banyak nyawa bisa diselamatkan," ujar Arya penuh harap.
Dengan semangat inovasi dan cinta terhadap budaya, karya siswa Jombang ini membuktikan bahwa teknologi terbaik bukan hanya yang paling modern, tetapi yang paling manusiawi --- seperti bunyi genta angin yang kini menjadi suara penyelamat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI