Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Dari Kebun Cengkeh Sabang, Harapan Pekebun Tumbuh Bersama Pegadaian

15 Oktober 2025   19:34 Diperbarui: 15 Oktober 2025   19:34 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor Cabang Pegadaian di Kota Sabang, Aceh, Sumber (Dokumentasi Pribadi)

Pagi itu, udara Sabang terasa dingin dan lembap. Dari kejauhan, aroma cengkeh di halaman warga menguar wangi yang lembut, bercampur dengan semilir angin laut. Jalan setapak dari atas gunung tampak banyak pekebun yang sedang berjalan menuju ladang mereka. Tampak tenang, teduh, dan sangat menyejukkan. Tetapi, dibalik ketenangan itu, ada banyak wajah yang sedang berpikir keras tentang satu hal, modal tanam selanjutnya.

Salah satunya adalah Pak Hasan, beliau adalah seorang pekebun yang mempunyai lahan kebun cengkeh di area lereng gunung Jaboi. Lahan cengkehnya tak lebih dari 1 hektar, merupakan warisan dari ayahnya yang dulu juga seorang pekebun. Pak Hasan adalah seorang pekebun yang gigih, ia telah berkebun sejak masih muda. Ia banyak belajar dari ayahnya.

Bekerja sebagai pekebun cengkeh membuat ekonomi Pak Hasan tak menentu. Apalagi sekarang anak-anaknya sudah mulai sekolah, uang yang dihasilkannya sudah mulai tidak cukup memenuhi semua kebutuhan. Sekarang, pohon cengkehnya sudah waktunya untuk pemberian pupuk. Satu-satunya yang bisa diandalkan adalah motor Beat tuanya yang menemani Pak Hasan untuk berangkat ke kebun dan mengantar anaknya sekolah.

"Kalau nggak saya rawat sekarang, pohon cengkehnya bisa rusak". Tapi kalau motor ini saya lepas, saya nggak bisa ke kebun," katanya pelan sambil menatap motor kesayangannya yang mulai berkarat.

Ia tahu, di antara karat dan debu itu tersimpan banyak kenangan dan entah bagaimana, mungkin juga harapan baru suatu hari nanti.

Sabang Tak Hanya Laut, Tapi juga Cengkeh

Pesona keindahan Pulau Sabang, Sumber (Campa Tour)
Pesona keindahan Pulau Sabang, Sumber (Campa Tour)
Bagi banyak orang, nama Sabang identik dengan laut yang indah, pantai yang tenang, dan banyaknya wisatawan yang berkunjung. Kota Sabang sangat identik dengan wisatanya, apalagi adanya Tugu Kilometer Nol yang menjadi ikon dari Pulau di ujung Barat Indonesia begitu mengesankan banyak orang. Namun, dibalik banyaknya hiruk pikuk wisatawan, ada banyak kehidupan lain yang berdenyut di balik lereng perbukitan yaitu perjuangan para pekebun cengkeh yang telah menjaga tradisi sejak zaman Kolonial Belanda. Cengkeh pernah menjadi komoditas emas di Pulau kecil ini. Bahkan jauh sebelum pariwisata berkembang, aroma cengkeh keringlah yang menjadi "parfum" alami di Kota Sabang.

Namun, kejayaan itu perlahan mulai menghilang. Biaya perawatan yang tinggi dan keuntungan yang sedikit membuat banyak pekebun mulai kehilangan semangatnya. Mulai dari pupuk, peptisida, upah buruh, para pekebun harus mengeluarkan modal hingga puluhan juta. Sementara itu, harga cengkeh yang tidak stabil membuat para pekebun menjadi semakin dilema.

Namun, bagi Pak Hasan dan pekebun lainnya, bekerja di kebun bukan hanya soal mencari nafkah, namun juga bagian dari menjaga warisan agar tetap lestari. Di setiap tetes keringat mereka, tersimpan kebanggaan bahwa Sabang bukan hanya soal wisata, tetapi juga tentang tanah yang menumbuhkan cengkeh dan harapan. Hanya saja, tanpa modal yang cukup, membuat harapan itu rapuh dan pekebun menjadi resah.

Aroma Cengkeh dan Nafas Ekonomi Sabang

Cengkeh Basah di Sabang, Sumber (Mongabay)
Cengkeh Basah di Sabang, Sumber (Mongabay)
Di setiap musim panen, udara Sabang seolah memiliki irama sendiri, suara jemuran cengkeh, bau asap pengeringan, dan kesibukan di halaman rumah warga. Di Sabang, aroma itu bukan hanya tanda panen, tetapi juga penanda kehidupan. Ada banyak hela nafas yang dikorbankan, ada banyak jiwa yang bergantung dengan cengkeh. Musim cengkeh selalu datang dengan harapan, namun juga kegelisahan banyak pekebun.

Pak Hasan salah seorang warga Balohan yang memiliki lahan cengkeh di Kampung Jaboi. Ini merupakan wilayah pegunungan di Sabang. Ia hanya punya sekitar 130 pohon cengkeh yang sudah berumur belasan tahun. Tahun ini merupakan panen tunggal cengkeh Pak Hasan. Namun, hasilnya masih jauh dari harapan. Seperti banyak pekebun lainnya di Sabang, tahun ini dikenal dengan tahun ganjil yang dikenal sebagai musim panen kecil. Dari lahannya, ia hanya mampu menghasilkan 230 kilogram cengkeh kering.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun