Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sinergi Guru dan Orang Tua: Kunci Pendidikan Aceh Bangkit dari Luka Masa Lalu

27 September 2025   21:27 Diperbarui: 27 September 2025   21:27 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya masih ingat betul masa-masa duduk di bangku sekolah dulu. Semuanya masih terasa manual. Saya harus mencari bahan ke Perpustakaan yang masih terbatas. Semua tugas yang diberikan oleh guru harus dikumpulkan dalam secarik kertas yang lusuh. Informasi yang kami dapatkan juga sangat terbatas. Banyak sekali kesempatan untuk mendapatkan misalnya beasiswa kami lewatkan begitu saja karena keterbatasan informasi. Namun, dibalik itu semua semangat guru dan orang tua untuk memastikan anak-anak bisa belajar tak pernah padam.

Kini, satu dekade telah berlalu. Pendidikan di Indonesia sudah jauh berbeda. Anak-anak bisa dengan mudah mencari informasi apa saja melalui gawainya. Hanya dengan sentuhan jari, semua yang ingin mereka cari dalam sekejap bisa didapatkan. Sekolah juga sudah menggunakan teknologi digital, bahkan ada beberapa yang sudah menerapkan kurikulum inovatif yang berfokus pada kreatifitas dan kolaborasi. Namun, akses serba mudah justru menghadirkan tantangan baru. Anak-anak tidak hanya butuh ilmu, tetapi juga butuh pendampingan guru dan orang tua agar siap menghadapi tantangan ketidakpastian di abad 21.

Di tengah perubahan besar ini, saya melihat ada satu hal yang tidak berubah yaitu sinergi guru dan orang tua dalam mencapai pendidikan bermutu. Secanggih apapun media, alat dan kurikulum yang bagus, tanpa keterlibatan keduanya, rasanya ada yang pincang dalam pendidikan saat ini. Hal ini sangat terasa di Aceh, tempat saya banyak mendengar bagaimana orang tua dan guru saling bahu membahu berkolaborasi demi mencapai Pendidikan yang bagus untuk masa depan anak-anaknya.

Tidak mudah bagi Aceh masuk dalam peringkat 5 Nasional pada SNBP 2025. Perjalanan masyarakat Aceh dalam mengatasi konflik berkepanjangan dan bencana Tsunami 2004 silam tidaklah mudah. Sekolah luluh lantak, semua sendi kehidupan hancur, Aceh harus mulai semuanya kembali dari nol.

Pendidikan Bermutu untuk masa depan yang gemilang, Sumber (World Bank)
Pendidikan Bermutu untuk masa depan yang gemilang, Sumber (World Bank)

Namun, dari puing-puing itulah Aceh bangkit. Guru bukan hanya berperan sebagai pengajar, namun juga menjadi sosok penting dalam menyembuhkan trauma dan mental anak-anak. Orang tua juga demikian. Semangat mereka dalam membentuk kembali mental anak-anak tidak pernah surut. Meski harta benda semua tidak tersisa, namun sinergi mereka dalam mendukung pendidikan untuk anak-anak tidak pernah putus. Orang tua terus mendampingi dan hadir  dalam mendukung Pendidikan Bermutu  untuk anak-anaknya.

Kini dua dekade telah berlalu. Sekarang kita bisa melihat semangat itu masih diwariskan. Sekolah-sekolah di Aceh mulai berkembang, program nasional seperti Kurikulum Merdeka dan Sekolah Penggerak juga masuk kesana. Kini Aceh mulai mengejar ketertinggalan. Hal ini tidak terlepas dari kolaborasi antara guru dan orang tua dalam memberikan dukungan terbaik untuk anak-anaknya.

Namun, perjalanan ini belum selesai. Tantangan pendidikan di era digital semakin besar. Anak-anak menjadi tidak terbendung karena akses informasi yang tidak terbatas. Mirisnya, kadang kita melihat adanya penyalahgunaan informasi oleh pelajar sekarang. Maka, kolaborasi antara guru dan orang tua harus terus ditingkatkan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk arah Pendidikan yang lebih baik.

Pertama, Membangun Forum Komunikasi Rutin

Hal pertama yang bisa dilakukan adalah membangun forum komunikasi rutin antara guru dan orang tua. Pertemuan dengan wali murid tidak hanya saat pembagian rapor saja. Perlu adanya pertemuan rutin, misalnya dialog bulanan. Disini, orang tua bisa berdiskusi dengan guru mengenai perkembangan kognitif maupun kondisi mental anak-anak mereka. Terkadang, anak-anak enggan bercerita mengenai apa yang sudah dilaluinya selama di sekolah. Disilah forum komunikasi rutin ini diperlukan. Tentu tidak hanya sebatas sebuah grup whatsapp saja. Namun, forum komunikasi ini harus hadir nyata dalam mempertemukan guru dan juga orang tua.

Kedua, Pelatihan Parenting Kolaboratif

Kita harus jujur dan mengakui terkadang sebagai orang tua kita masih terjebak dalam pola pendidikan yang lama. Dimana nilai rapor menjadi tolak ukur keberhasilan anak di Sekolah. Inilah yang menjadi permasalahan sekarang. Adanya ketidaksinkronan antara pola asuh di rumah dengan metode belajar di Sekolah.

Guru sudah menerapkan kurikulum Merdeka dengan pendekatan berbasis proyek, kreatifitas, kolaborasi dan pemecahan masalah. Sehingga anak menjadi kebingungan harus mengikuti tuntutan guru atau memenuhi ekspetasi orang tua. Hal ini disebabkan karena adanya ketidaksamaan pola asuh dan ajar antara guru di sekolah dan orang tua di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun