"Taeu Boh Kayee Wate Ka Meubungoeng, Takaloen Inoeng Bek Saja Rupa, Caroeng Inoeng Ceudah Jimeungui, Beujroeh Peurangui Malem Agama".
Artinya begini, kita melihat putik kayu saat mau berbunga, kita melihat istri bukan hanya pada parasnya, istri yang cerdas pandai berhias, bagus akhlaknya dan alim agamanya.
Begitulah salah satu hadih maja Aceh yang dikaitkan dengan soal jodoh dan kriteria memilih pasangan hidup yang sesuai dengan anjuran islam.
Bagi sebagian masyarakat Aceh. Ketika memilih pendamping hidup masih sangat mengedepankan nilai-nilai agama dan budaya Aceh itu sendiri. Hal ini disebabkan karena masyarakat Aceh masih sangat menjunjung tinggi adat dan nilai-nilai agama dalam keseharian mereka.
Bagi daerah lain juga mungkin sama. Namun seperti yang kita tahu, adat antara satu daerah dengan yang lain itu berbeda-beda. Begitu pula dengan adat ketika memilih pasangan hidup.
Jika bicara soal perjodohan. Bagi sebagian masyarakat Aceh hal itu mungkin sudah tidak asing lagi. Sebab, banyak pasangan suami istri di Aceh yang hingga sekarang masih sering dijodohkan.
Lalu Apakah Menjadi Masalah?
Tidak sama sekali. Perjodohan yang saya maksud bukan seperti yang terlihat di sinetron. Tidak ada paksaan sama sekali. Perjodohan di sini masih mengedepankan musyawarah dan mufakat.
![Ragam prosesi adat pernikahan di Aceh, Sumber[Beautynesia]](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/25/beuatynesia-60ac7b1ad541df5faa54e952.jpeg?t=o&v=770)
Atas rekomendasi keluarga atau kerabat, maka ditunjuklah seorang perempuan di seberang desa untuk dijodohkan dengannya.
Jika sudah ada calon pasangan yang akan dituju. Maka di sini peran keluarga akan dibutuhkan untuk melakukan serangkaian prosesi. Atau peran ini juga bisa digantikan oleh seseorang yang dijuluki "Seulangke". Nah apa itu seulangke? yuk langsung saja disimak.
Seulangke
Seulangke adalah istilah untuk seorang utusan dari pihak lelaki. Biasanya seulangke ini dipilih karena hubungan yang dekat dengan keluarga si lelaki yang juga kebetulan mengenal dekat dengan keluarga perempuan.Â
Seulangke ini sejatinya adalah pekerjaan yang terhormat. Dia adalah seseorang yang dipilih atas kepercayaan dari keluarga lelaki.
Dalam pembahasan saya kali ini. Saya ilustrasikan ceritanya begini. Dengan berbagai macam pertimbangan, keluarga dari pihak lelaki mempercayakan sepenuhnya prosesi ini dilakukan oleh seulangke. Maka berikut akan saya jelaskan apa saja tugas seorang seulangke dalam menyukseskan prosesi perjodohan ini.
Pertama, Jak Keumalon (Cah Roet)Â
Jak Keumalon adalah istilah untuk mengenal lebih jauh keluarga dari pihak perempuan. Biasanya yang dilihat adalah bagaimana perangai dari keluarga tersebut dan kondisi di sekitar tempat tinggal mereka.
Lalu, seulangke juga yang bertugas meminang si perempuan untuk lelaki tersebut mewakili keluarga. Dulu, proses meminang ini juga banyak caranya. Banyak cara yang dilakukan, seperti berpantun atau dengan menggunakan tamsilan-tamsilan berbahasa Aceh.
Misalnya begini, seulangke akan membuka pembicaraan dengan mengatakan, " Ulon kaloen na sibak bungoeng lam lampoeh droneuh nyang lagak that, galak that neuk lon peusunteng bungoeng nyan".
Artinya adalah, "Hamba lihat ada sekuntum bunga di perkarangan anda yang sangat indah, hendaklah saya ingin menyunting buka itu."
Cah Roet oleh Seulangke
Tugas seulangke yang utama adalah membuka jalan. Atau dikenal dengan istilah "cah roet" dalam bahasa Aceh.
Dia yang bertugas membuka jalan bagi pihak lelaki untuk menjalin hubungan dengan pihak perempuan.
Setelah seulangke membuka pembicaraan dengan pihak keluarga perempuan seperti yang saya jelaskan tadi. Pihak dari keluarga perempuan juga akan membalas dengan kata-kata tamsilan serupa.
Inti dari balasan tersebut adalah, apakah pihak perempuan setuju untuk membuka jalan atau tidak. Jika tidak, prosesinya berakhir sampai disitu. Namun, jika setuju maka prosesi adat akan dilanjutkan.
Kemudian seulangke akan memberi kabar kepada pihak lelaki jika "cah roet" berhasil dilakukan.
![Prosesi Pemasangan Cincin Ketika Jak Ba Tanda oleh Pihak Keluarga Lelaki, Sumber[weddingku]](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/25/weddingku-60ac7e8e8ede48336f3a8823.jpg?t=o&v=770)
Setelah pihak perempuan setuju. Maka langkah selanjutnya adalah jak ba tanda. Maksud dari jak ba tanda ini adalah hampir sama dengan bertunangan. Pada kesempatan ini pula kedua belah pihak akan menyepakati berapa mahar yang akan diberikan ketika pernikahan nanti.
Pada prosesi ini, biasanya pihak keluarga juga akan ikut serta dengan seulangke dan beberapa orang yang dituakan di desa ke rumah pihak perempuan. Selain mahar, pada kesempatan ini pula akan dibahas mengenai kapan prosesi pernikahan akan dilakukan.
Pihak keluarga lelaki biasanya juga akan membawa seserahan seperti beuleukat kuneng dan tumpoe (makanan tradisional Aceh), juga berbagai buah-buahan, seperangkat pakaian wanita dan perhiasan sesuai kemampuan pihak si lelaki.
![Tumpoe, Makanan Tradisional Khas Aceh, Sumber[Steemit]](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/25/steemittt-60ac7e3a8ede48377548fb62.jpg?t=o&v=770)
Prosesi yang dijalankan oleh seulangke seperti yang saya jelaskan di atas tidak serta merta sama berlaku di Aceh. Sebab setiap daerah di Aceh itu berbeda-beda juga adat dan tradisinya.
Juga, peran seulangke juga sama sekali tidak dibutuhkan jika keluarga dari pihak lelaki melakukannya semuanya sendiri.
Kemudian lanjutan dari prosesi adat di atas adalah menuju ke jenjang pernikahan. Banyak juga adat yang berlaku pasca menikah. Namun, kali ini saya tidak akan membahasnya disini. Saya akan melanjutkan pada tulisan dan kesempatan yang lain.
Teurimoeng Geunaseh
Saleum
Dari Aceh
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI