Mohon tunggu...
Muhammad Nabill
Muhammad Nabill Mohon Tunggu... Mahasiswa Teknologi Informasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Saya Mahasiswa yang tertarik dengan dunia teknologi, terutama dibidang pengembangan Iot dan isu-isu digital terkini, suka mencoba hal baru terutama pada yang berhubungan dengan teknologi,literasi digital, dan pengembangan diri.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Kecerdasan Buatan dan Masa depan dunia kerja di Indonesia: Adaptasi atau Tertinggal?

13 Juni 2025   23:00 Diperbarui: 13 Juni 2025   22:32 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Beberapa tahun lalu, gagasan tentang robot mengambil alih pekerjaan manusia terdengar seperti bagian dari film fiksi ilmiah. Namun kini, itu mulai menjadi kenyataan. Di berbagai industri, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) sudah mulai menggantikan tugas-tugas manusia—dari customer service, analis data, pengelola gudang, hingga bahkan penulis konten.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Silicon Valley atau negara maju lainnya. Di Indonesia, perlahan tapi pasti, dunia kerja juga mulai terdampak oleh kehadiran AI. Mulai dari chatbot di aplikasi e-commerce lokal, sistem rekomendasi di media sosial, hingga otomatisasi laporan di sektor keuangan. Pertanyaannya: siapkah kita menghadapi perubahan ini?

Disrupsi yang Nyata, Bukan Sekadar Wacana

Banyak prediksi menyebutkan bahwa jutaan pekerjaan akan hilang karena otomatisasi. Namun, tidak sedikit pula pekerjaan baru yang akan muncul, terutama di bidang teknologi, analitik, dan pengembangan sistem. Artinya, ini bukan akhir dari pekerjaan manusia—melainkan transformasi besar-besaran yang membutuhkan kesiapan dari semua pihak: pekerja, pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat umum.

Sebagai mahasiswa Prodi Teknologi Informasi di UIN Walisongo Semarang, saya melihat langsung bagaimana kurikulum dan pembelajaran harus segera menyesuaikan. Kami tidak hanya diajarkan cara membuat program, tetapi juga bagaimana membangun solusi cerdas berbasis AI yang etis dan berkeadilan sosial.

Tantangan: Kesenjangan Digital dan Minimnya Kesadaran

Meskipun AI membawa peluang besar, tidak semua orang punya akses yang sama terhadap pemahaman teknologi ini. Di banyak daerah di Indonesia, masih banyak masyarakat yang belum mengenal konsep dasar AI, bahkan belum familiar dengan internet secara optimal. Ini memperlebar kesenjangan antara mereka yang bisa beradaptasi dengan teknologi dan yang tidak.

Kesadaran terhadap pentingnya reskilling dan upskilling masih rendah, terutama di sektor-sektor non-teknis. Padahal, inilah kunci agar kita tidak tertinggal oleh gelombang otomasi yang terus bergulir. Dunia pendidikan, termasuk kampus seperti kami, harus menjadi ujung tombak untuk menjembatani kesenjangan ini.

Peluang: AI Bukan Musuh, Tapi Mitra

Alih-alih melihat AI sebagai ancaman, kita harus belajar melihatnya sebagai mitra. Banyak pekerjaan yang justru akan terbantu dengan kehadiran teknologi ini. Seorang guru bisa menggunakan AI untuk menyusun materi pembelajaran yang lebih adaptif. Petani bisa memanfaatkan AI untuk memantau cuaca dan kualitas tanah. Bahkan pelaku UMKM bisa menggunakan AI untuk analisis pasar dan strategi penjualan.

Kuncinya adalah kemauan untuk belajar dan terbuka terhadap perubahan. Adaptasi memang tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun