Di Eropa Barat, keberanian baru muncul. Inggris tak sekadar mengakui Palestina, tapi juga memperbarui peta resmi. Sebuah langkah simbolis yang memengaruhi pendidikan, kebijakan publik, dan diplomasi. Australia dan Kanada mengikuti, menunjukkan bahwa sekutu lama Washington pun mampu melepaskan diri dari bayangannya. Israel pun dikeluarkan dari keanggotan UEFA, federasi sepakbola Eropa.
Bendera Palestina berkibar di London, Paris, dan Brussels. Itu bukan sekadar kain, melainkan simbol harapan baru bahwa perdamaian sejati lahir dari solidaritas global yang melampaui kepentingan sempit.
Gelombang dukungan ini menandai arsitektur perdamaian baru, bahwa dunia tidak lagi menunggu restu kekuatan hegemonik. Melalui diplomasi kolektif, mayoritas negara menciptakan isolasi politik terhadap Israel dan Amerika Serikat. Panggung moral Sidang Umum PBB lebih kuat daripada veto Dewan Keamanan.
Palestina kini bukan hanya simbol perlawanan, tetapi juga katalis perubahan tatanan global. Dari London hingga Riyadh, dari Brussel hingga Kairo, dunia sedang menyusun ulang definisi keadilan internasional. Dalam arsitektur itu, Israel dan Amerika Serikat perlahan bergerak ke pinggiran sejarah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI