Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Rakyat Melawan, Analisis Krisis Demokrasi Global 2025

14 September 2025   20:49 Diperbarui: 14 September 2025   20:49 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi demonstrasi rakyat melawan perjalanan politik (Sumber: Kumparan)

Namun, konstruktivisme kritis memberi bacaan berbeda. Krisis ini bukan sekadar soal kebijakan, melainkan tentang narasi yang dibangun negara dan ditolak masyarakat. Nepal mencoba membungkam wacana digital, tapi Gen Z menolak. Prancis mengusung wacana efisiensi neoliberal, tapi rakyat menuntut keadilan sosial.

Ketika jalanan menjadi ruang politik, itu artinya institusi demokrasi gagal menjawab aspirasi rakyat. Dari Gen Z Nepal hingga pekerja Prancis, satu pesan jelas bahwa demokrasi tak bisa hidup tanpa kepercayaan, keadilan, dan legitimasi. 

Jepang menghadapi benturan identitas budaya, Australia digugat oleh wacana keadilan ekologis, sementara Indonesia berhadapan dengan tuntutan demokrasi substantif. Di sinilah terlihat bahwa demokrasi tak bisa hanya dipertahankan lewat prosedur, angka anggaran, atau dalih pembangunan. Ia hidup dari legitimasi yang lahir dari makna dan norma bersama.

Krisis legitimasi inilah yang kini mengguncang demokrasi global. Generasi muda, dengan akses digital yang luas, semakin kritis. Mereka tidak ragu menantang narasi negara jika dirasa menyalahi prinsip kebebasan dan keadilan. Di berbagai benua, dari Kathmandu hingga Paris, jalanan menjadi ruang politik baru.

Pertanyaannya kini, apakah demokrasi akan runtuh oleh amarah rakyatnya sendiri? Jawabannya bergantung pada bagaimana negara menyeimbangkan logika realisme, yaitu stabilitas dan kekuatan, dengan kesadaran konstruktivis bahwa legitimasi hanya bisa bertahan jika nilai, keadilan, dan makna berpihak pada rakyat. Jika tidak, demokrasi akan terus retak, dan jalanan akan selalu menjadi saksi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun