Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Sim Yu-Jin Kalahkan Gregoria, Kurangnya Kreativitas di Titik Kritis

29 Agustus 2025   07:29 Diperbarui: 29 Agustus 2025   07:29 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi kekalahan yang dihadapi Gregoria Mariska (Sumber: detik.com)

Kekalahan Gregoria Mariska Tunjung di Babak 16 Besar Kejuaraan Dunia BWF 2025 di Adidas Arena, Paris, kembali membuka diskursus tentang kualitas permainan tunggal putri Indonesia di level elite. Gregoria, yang masih berada di peringkat tujuh dunia, tumbang dari wakil Korea Selatan, Sim Yu-jin, peringkat 12 dunia, dengan skor 15-21, 18-21 pada Kamis (28/8/2025).

Sejak gim pertama, Gregoria sebenarnya tidak tampil buruk. Namun, pola serangan dan distribusi bolanya terlalu mudah ditebak. Sim Yu-jin tampil berani dengan determinasi tinggi, seringkali mengantisipasi arah bola Gregoria sebelum shuttlecock benar-benar dilepaskan. Inilah momen di mana sebuah permainan bisa terlihat monoton dan mudah terbaca, sehingga akhirnya dimatikan lawan.

Gregoria memang pernah menorehkan rekor positif atas Sim, dengan tiga kemenangan dari empat pertemuan terakhir. Namun, dinamika badminton modern tidak memberi ruang bagi pemain untuk bertahan dengan satu pola. Adaptasi, variasi, dan improvisasi adalah kunci. Kali ini, Gregoria tampak gagal melakukan itu.

Kekalahan Gregoria juga mencerminkan masalah klasik tunggal putri Indonesia, yaitu sulitnya keluar dari "zona nyaman" strategi standar. Lawan yang disiplin seperti Sim Yu-jin memanfaatkan sepenuhnya kecenderungan Gregoria. Serangan yang sering diulang, defense yang bisa ditebak, hingga pola footwork yang stagnan di bola-bola silang.

Sim tidak bermain sempurna. Ia bahkan jarang mencari poin di depan net, area yang biasanya bisa menjadi kelemahannya. Sebaliknya, ia justru menekan lewat serangan menurun dari ujung belakang lapangan, memaksa Gregoria bergerak defensif dan terburu-buru dalam pengembalian bola.

Dalam bulu tangkis modern, kemenangan bukan hanya soal kecepatan atau tenaga, tapi tentang menciptakan ilusi, mengecoh lawan, dan menghadirkan variasi yang tak terduga di setiap rally.

Keberanian Sim untuk mengambil spekulasi di poin-poin kritis membuat Gregoria semakin tertekan. Terutama karena variasi permainan Gregoria terbatas. Ketika lawan berani menutup jalur tertentu, Gregoria gagal membuka alternatif lain. Seolah, seluruh buku strategi Gregoria sudah dipelajari lawan sejak awal pertandingan.

Di era badminton modern, variasi permainan adalah senjata utama. Pemain top dunia seperti Carolina Marin atau An Se-young tidak hanya mengandalkan stamina dan teknik, tetapi juga kreativitas dalam mengubah ritme. Gregoria, sayangnya, belum menunjukkan keberanian untuk keluar dari pola lamanya.

Ironisnya, Gregoria pernah tampil menawan di beberapa turnamen besar dengan kombinasi bola silang cepat dan kontrol net yang apik. Namun kali ini, kelebihan itu seperti menguap karena lawan sudah memahami titik-titik prediksi serangan. Sim Yu-jin tidak hanya bermain bulu tangkis, ia membaca Gregoria seperti membuka buku terbuka.

Kesalahan Gregoria sebagian besar bukan karena teknik murni, melainkan pengambilan keputusan di lapangan. Terlalu sering memaksakan serangan pada jalur yang sama, serta terlambat merespons ketika lawan menutup ruang. Badminton bukan sekadar mengembalikan bola, melainkan seni membingungkan lawan.

Kekalahan ini juga menjadi alarm bagi tim pelatih Indonesia. Lawan-lawan sudah mempelajari gaya main Gregoria. Tanpa variasi baru, sulit baginya untuk menembus perempat final atau semifinal ajang besar. Perubahan harus datang, baik dari segi taktik maupun kesiapan mental untuk lebih adaptif di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun