Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Budaya Tadah Hujan, Pemanenan Air Sebagai Gaya Hidup Baru

16 Agustus 2025   05:10 Diperbarui: 16 Agustus 2025   05:10 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tandon tadah hujan (rain harvest) model rumahan (Sumber: republika.co.id)

Keterlibatan sektor swasta juga penting. Pengembang perumahan, hotel, dan pusat perbelanjaan bisa diwajibkan membangun sistem PAH sebagai bagian dari izin mendirikan bangunan. Insentif pajak atau pengurangan retribusi dapat menjadi pemicu agar sektor swasta mau berinvestasi dalam infrastruktur hijau ini.

Hujan tidak hanya menumbuhkan padi di sawah, tetapi juga harapan di hati. Menampung dan memanfaatkannya adalah cara kita menjaga warisan air bagi anak cucu. 

Secara ekonomis, PAH menawarkan penghematan signifikan. Rumah tangga yang mengadopsi PAH dapat mengurangi ketergantungan pada air PDAM atau sumur bor, sehingga tagihan air menurun. Skala kota pun bisa menghemat biaya pengolahan air bersih karena sebagian suplai diambil langsung dari cadangan air hujan yang dikelola mandiri oleh warga.

Manfaat ekologisnya juga besar. Dengan meningkatkan infiltrasi air hujan ke dalam tanah, PAH membantu menjaga muka air tanah tetap stabil, mengurangi risiko intrusi air laut di wilayah pesisir, serta mengurangi erosi. Ini adalah bentuk konservasi yang bekerja secara alami tanpa merusak ekosistem.

Tantangan terbesarnya ada pada perubahan perilaku. Selama ini, hujan kerap dipandang sebagai masalah, dari pandangan membuat becek, banjir, atau atap bocor. Padahal, dengan sedikit inovasi, hujan adalah sumber daya strategis. Dibutuhkan kampanye sosial yang menggabungkan narasi kearifan lokal, sains, dan manfaat ekonomi agar PAH menjadi gaya hidup baru.

Indonesia punya semua modal. Curah hujan tinggi, budaya agraris yang akrab dengan alam, serta regulasi yang sudah tersedia. Tinggal kemauan kolektif untuk menghidupkan gerakan PAH di setiap rumah, sekolah, dan kantor. Saat hujan turun, biarlah ia menjadi berkah yang disambut, ditampung, disimpan, dan dimanfaatkan sebagai warisan air lestari untuk generasi mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun