Bagi pasangan keluarga muda, keputusan memberi uang atau bantuan kepada orang tua sering kali bukan hanya soal nominal, tetapi juga soal keseimbangan antara rasa bakti, kemampuan finansial, dan keharmonisan rumah tangga. Dalam psikologi keluarga, hal ini masuk dalam kategori financial harmony, di mana keputusan keuangan dipengaruhi oleh nilai, emosi, dan hubungan antarpersona.
Kebanyakan pasangan muda berada di fase awal membangun pondasi keuangan, yaitu cicilan rumah, biaya anak, tabungan pendidikan, dan investasi masa depan. Di saat yang sama, ada dorongan moral dan emosional untuk membantu orang tua, baik orang tua kandung maupun mertua. Tantangannya adalah menjaga keseimbangan agar bantuan ini tidak mengorbankan stabilitas keuangan rumah tangga sendiri.
Kesepakatan antara suami dan istri menjadi titik kunci. Dalam psikologi finansial, keputusan yang diambil bersama memiliki sense of ownership yang lebih kuat dan mengurangi potensi konflik. Diskusikan secara terbuka berapa nominal yang realistis, bentuk bantuannya, serta frekuensi pemberian, apakah bulanan, musiman, atau insidental sesuai kebutuhan.
Misalnya, jika penghasilan keluarga adalah Rp 5 juta per bulan, pasangan bisa mengalokasikan 10 persen untuk bantuan orang tua. Angka ini fleksibel tergantung kondisi. Hal yang penting, persentase bantuan tidak membuat pos keuangan lain seperti tabungan darurat atau cicilan menjadi terganggu.
Selain uang tunai, bantuan juga dapat berupa barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak, telur, obat-obatan, atau biaya pemeriksaan kesehatan. Bentuk bantuan ini sering kali lebih terarah dan langsung memenuhi kebutuhan spesifik orang tua, terutama jika mereka sudah tidak produktif secara ekonomi.
Bakti pada orang tua bukan diukur dari besar nominal, tetapi dari ketulusan dan konsistensi. Memberi dengan hati yang ikhlas akan melipatgandakan kebahagiaan, menjaga harmoni keluarga, dan menguatkan ikatan cinta yang tak lekang oleh waktu.
Komunikasi adalah fondasi. Sebelum menentukan skema bantuan, suami dan istri sebaiknya saling berbagi pandangan tentang prioritas keluarga masing-masing. Dalam psikologi keluarga, open financial communication terbukti meningkatkan rasa saling percaya dan mengurangi prasangka negatif, terutama terhadap mertua.
Penting juga untuk menyamakan persepsi bahwa membantu orang tua tidak selalu berarti memberi dalam jumlah besar. Bahkan bantuan kecil namun konsisten sering kali lebih bermanfaat dan membangun rasa aman finansial bagi orang tua.
Selain materi, kualitas hubungan emosional dengan orang tua adalah aset yang tak ternilai. Mengajak mereka jalan-jalan, makan bersama, atau sekadar mengobrol di rumah dapat memberikan emotional wealth yang seringkali lebih membahagiakan daripada nominal uang yang besar.
Jika orang tua masih produktif dan memiliki penghasilan, pasangan muda dapat mengalihkan bantuan ke bentuk experience gift seperti liburan, kursus hobi, atau perawatan kesehatan premium. Pendekatan ini menghargai kemandirian mereka sekaligus memberi penghargaan atas kerja kerasnya.
Frekuensi kunjungan juga bisa menjadi salah satu bentuk "pemberian" yang tidak kalah penting. Dalam penelitian psikologi sosial, kunjungan rutin meningkatkan family bonding dan menurunkan risiko kesalahpahaman antar generasi.
Pasangan perlu peka terhadap kebutuhan dan keinginan orang tua. Terkadang, orang tua lebih membutuhkan perhatian dan pengakuan atas keberadaan mereka ketimbang bantuan finansial besar. Mendengarkan cerita mereka atau melibatkan mereka dalam keputusan keluarga adalah bentuk bantuan emosional yang sangat berharga.
Membahagiakan orang tua tidak selalu dengan uang banyak. Kadang, perhatian, waktu bersama, dan rasa hormat jauh lebih berharga. Keseimbangan antara finansial keluarga dan bakti kepada orang tua adalah kunci rumah tangga yang tenteram dan penuh berkah.Â
Untuk menjaga keadilan, pasangan bisa membuat jadwal atau sistem giliran kunjungan dan bantuan antara keluarga suami dan keluarga istri. Dengan begitu, tidak ada pihak yang merasa dianaktirikan atau diabaikan. Dalam psikologi keluarga, ketidakadilan dalam bantuan sering kali menjadi pemicu konflik yang sulit diatasi. Oleh karena itu, keterbukaan dalam perencanaan dan evaluasi bantuan perlu dilakukan secara berkala, misalnya setiap enam bulan.
Hal terpenting adalah menjaga agar bantuan kepada orang tua tidak menimbulkan beban psikologis atau finansial yang berlebihan bagi pasangan muda. Membantu dengan hati yang ringan akan membuat hubungan lebih tulus dan berumur panjang.
Kesimpulannya, memberi kepada orang tua adalah bagian dari bakti dan cinta. Namun, bakti yang sehat adalah yang dilakukan dengan kesepahaman, keseimbangan, dan kemampuan yang realistis. Dengan komunikasi yang baik, pengelolaan finansial yang bijak, dan perhatian yang tulus, pasangan muda dapat membahagiakan orang tua tanpa mengorbankan masa depan mereka sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI