Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Awal Pernikahan Jangan Bikin Bokek, Ini Kunci Harmoni Finansial Pasangan Muda

29 Juli 2025   19:19 Diperbarui: 30 Juli 2025   07:23 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasutri milenial mengatur keuangan keluarga (Sumber: SHUTTERSTOCK/ZHANGHAORAN)

Memulai kehidupan berumah tangga adalah babak baru yang penuh cinta, harapan, dan tagihan. Bagi generasi milenial, fase awal menikah tidak hanya soal menyatukan dua hati, tetapi juga menyatukan dua gaya hidup dan dua sistem pengeluaran yang berbeda. Di sinilah strategi keuangan menjadi fondasi penting dalam membangun keluarga yang sehat secara finansial.

Kondisi finansial generasi milenial saat ini penuh tantangan. Harga rumah melambung, biaya hidup makin tinggi, dan kebutuhan gaya hidup digital ikut menggerus pendapatan. Tak jarang, pasangan baru merasa kehabisan napas saat semua kebutuhan datang bersamaan, dari cicilan, kebutuhan pokok, sampai tekanan sosial untuk tampil "mapan".

Penting adanya value alignment antara pasangan, yaitu menyamakan nilai-nilai dalam mengelola keuangan. Sebagaimana perusahaan merancang strategi berdasarkan perilaku konsumen, rumah tangga juga perlu strategi berbasis perilaku pengeluaran bersama. Langkah awalnya adalah menyusun household financial blueprint, semacam cetak biru aliran uang dalam rumah tangga. Blueprint ini menjadi pegangan dalam membagi pengeluaran berdasarkan skala prioritas, mulai dari kebutuhan primer, sekunder, hingga tersier. Tanpa blueprint, pasangan muda mudah terjebak dalam siklus belanja impulsif dan konsumsi simbolik.

Penting bagi pasangan muda milenial untuk membuat cash flow plan realistis setiap bulan. Idealnya, pengeluaran rutin maksimal 50 persen dari penghasilan gabungan, 20 persen untuk tabungan dan investasi masa depan, 10 persen untuk memberi pada orang tua, 10 persen dana darurat, dan sisanya untuk hiburan atau kebutuhan sosial. Ini menjadi semacam "segitiga emas" bagi cash flow rumah tangga.

Jangan lupakan dana darurat, ibarat rem tangan di jalanan berliku. Besarnya minimal 3--6 kali pengeluaran bulanan, disimpan dalam instrumen likuid. Dana ini menjadi tameng bila terjadi pemutusan kerja, sakit mendadak, atau kebutuhan mendesak lain yang tak terduga.

Salah satu kecemasan terbesar pasangan baru adalah soal pendidikan anak. Meskipun anak belum lahir, biaya sekolah dan kuliah sudah mengintai. Solusinya, mulai financial goal setting sejak dini. Alokasikan 5--10 persen penghasilan untuk tabungan pendidikan melalui produk berjangka seperti reksadana pendidikan atau asuransi unit link yang sesuai profil risiko.

Salah satu hal yang sering diabaikan pasangan muda adalah communication cost dalam mengelola keuangan. Banyak konflik rumah tangga bermula dari perbedaan cara pandang terhadap uang. Maka, pertemuan bulanan ala "rapat keuangan keluarga" menjadi penting untuk saling menyamakan persepsi, membahas target keuangan, dan menyesuaikan pengeluaran berdasarkan perubahan situasi.

Pernikahan yang kuat dibangun bukan hanya dari cinta, tapi dari kesepakatan mengelola harapan dan pengeluaran. Keuangan rumah tangga adalah ladang kerja sama, bukan ladang konflik.

Dari sisi pemasukan, pasangan milenial disarankan untuk mulai mendiversifikasi pendapatan sejak dini. Jangan hanya bergantung pada satu sumber. Entah itu istri menjadi freelancer, suami buka online shop, atau bersama-sama investasi di sektor produktif seperti warung digital atau saham dividen. Semua adalah cara mengurangi ketergantungan.

Perencanaan memberi kepada orang tua juga harus dihitung dengan bijak. Berikan dalam proporsi sehat, bukan hanya karena tekanan moral. Finansial bukan hanya soal angka, tapi juga relasi, dan relasi yang sehat dibangun dari transparansi dan batasan yang disepakati bersama.

Penting pula bagi pasangan untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Teori perilaku konsumen menyebutkan bahwa konsumsi milenial banyak dipengaruhi oleh social comparison. Maka, sadarilah bahwa rumah tangga adalah tentang value, bukan vanity.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun