Di sudut Kabupaten Jepara, terdapat sebuah pasar yang menawarkan lebih dari sekadar transaksi jual beli. Pasar Sore Karangrandu (PSK) bukan hanya destinasi berburu kuliner, melainkan juga laboratorium hidup ekonomi kerakyatan yang tumbuh dari bawah. Di tengah serbuan gaya hidup serba instan, pasar ini justru menawarkan nostalgia, rasa, dan ruh kebersamaan yang mulai langka di ruang-ruang komersial modern.
Dengan jam operasional dari pukul 12.00 hingga 18.00 WIB, PSK tampil unik. Ia bukan pasar pagi, bukan pula pasar malam, melainkan hadir khusus di waktu sore, saat masyarakat mulai beranjak rehat dan mencari pelipur rasa. Di sinilah ritme ekonomi rakyat lokal mengalir dinamis, berpadu antara aktivitas ekonomi dan sosial secara organik.
PSK adalah museum rasa yang hidup. Di sini, pengunjung dapat menemukan aneka kuliner tradisional yang nyaris punah, seperti horog-horog, cetot, nogo sari, dan gethuk kicak. Hidangan-hidangan tersebut bukan sekadar makanan, melainkan juga arsip budaya dan identitas lokal yang diwariskan secara turun-temurun oleh para perempuan dan pelaku UMKM.
Horog-horog pecel menjadi primadona pasar ini. Kombinasi tepung aren yang kenyal, sayur-sayuran segar, sambal pecel gurih, dan pelengkap seperti tempe-tahu goreng menghadirkan komposisi rasa yang kaya dan menyatu. Ini bukan hanya soal cita rasa, melainkan juga tentang keberlanjutan sumber pangan lokal yang murah, bergizi, dan ramah lingkungan.
Setiap lapak di PSK adalah manifestasi semangat wirausaha rakyat. UMKM di pasar ini tak sekadar menjajakan barang, tetapi menjaga warisan kuliner dan budaya. Mereka mempraktikkan ekonomi yang berkelanjutan dengan bahan lokal, proses yang ramah lingkungan, dan sistem produksi skala rumah tangga yang memperkuat ekonomi keluarga.
Pasar Sore Karangrandu tak hanya hidup karena transaksi ekonomi, tapi juga karena menjadi ruang sosial. Di sana terjadi interaksi lintas generasi, lintas gender, dan lintas sosial. Orang datang bukan hanya untuk membeli, tapi juga untuk berkumpul, berbincang, berbagi cerita, dan membangun jejaring antar warga.
Pasar Sore Karangrandu bukan hanya tempat jual beli, tapi ruang hidup tempat budaya, ekonomi rakyat, dan sejarah kuliner Jepara berpadu dalam harmoni rasa.
PSK bisa dijadikan ruang pembelajaran hidup bagi generasi muda tentang pentingnya melestarikan budaya makan lokal. Pasar ini menjadi living classroom tentang sejarah makanan, proses pembuatan, serta nilai-nilai etika dan gotong royong dalam praktik wirausaha lokal.
Sebagai pasar berbasis komunitas, PSK telah menjadi ekosistem ekonomi mikro yang kuat. Petani lokal, perajin, produsen makanan rumahan, hingga penjual jajanan, semuanya terlibat dalam rantai pasok yang saling menguatkan. Inilah bentuk nyata dari ekonomi rakyat berbasis solidaritas dan inklusivitas.
Di tengah gempuran pasar daring dan platform digital, PSK menjawab tantangan modernisasi dengan pendekatan lokalitas. Justru karena keunikannya yang tidak bisa direplikasi secara digital, sebagaimana suasana pasar, interaksi langsung, aroma masakan tradisional, maka PSK bertahan dan menjadi destinasi wisata kuliner otentik.
Pemerintah daerah dan pelaku UMKM dapat bersinergi untuk mengembangkan pasar ini lebih lanjut. Mulai dari pelatihan peningkatan mutu produk, pendampingan legalitas usaha, packaging yang menarik, hingga digitalisasi promosi melalui media sosial dan marketplace bisa dilakukan tanpa menghilangkan ruh tradisional.