Langit pariwisata Jawa Tengah kembali bersinar. Sejak 4 Juli 2025, Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang resmi membuka rute penerbangan menuju Pulau Karimunjawa, Kabupaten Jepara, melalui layanan maskapai Susi Air. Ini bukan sekadar berita transportasi, tapi kabar gembira bagi kebangkitan sektor wisata bahari dan ekonomi kreatif daerah yang selama ini sempat tertidur akibat pandemi.
Pulau Karimunjawa bukan nama asing bagi pecinta wisata alam dan laut. Terkenal dengan hamparan pasir putih, air laut sebening kristal, dan kekayaan biota lautnya, Karimunjawa telah lama dinobatkan sebagai Taman Nasional. Namun satu persoalan klasik yang mengemuka bertahun-tahun adalah soal aksesibilitas. Kini, dengan kehadiran penerbangan langsung, persoalan itu mulai terurai.
Susi Air membuka rute reguler dari Semarang dan Yogyakarta menuju Bandara Dewadaru di Karimunjawa, menggunakan pesawat Cessna 208 Grand Caravan yang berkapasitas 12 penumpang. Dengan frekuensi penerbangan tiga kali seminggu dan harga tiket sekitar satu juta rupiah, wisatawan kini bisa menjejak surga bahari ini dalam waktu singkat.
Rute ini terakhir aktif pada 2019, sebelum pandemi Covid-19 melumpuhkan hampir semua aktivitas transportasi dan pariwisata. Kini, saat dunia mulai pulih dan masyarakat kembali menjelajahi destinasi alam, langkah ini menjadi momentum penting membangkitkan wisata bahari Jawa Tengah, khususnya Jepara.
Ketika langit terbuka dan laut menyambut, pariwisata bukan hanya tentang perjalanan. Ia adalah jembatan harapan bagi pulau terluar, denyut baru bagi ekonomi lokal, dan bukti bahwa keindahan alam layak diakses oleh semua tanpa mengorbankan kelestariannya.Â
CEO PT ASI Pudjiastuti Aviation, Susi Pudjiastuti, menegaskan pentingnya penerbangan kecil dalam menjangkau wilayah terluar. "Karimunjawa sebagai pulau terluar di Jawa Tengah, selayaknya mendapat perhatian serius," ujarnya. Bukan hanya karena potensi pariwisata, tapi juga karena kepentingan pemerataan pembangunan wilayah.
Penerbangan ini berperan strategis dalam menyambungkan simpul-simpul wisata halal dan ekowisata yang tengah dikembangkan di Jawa Tengah. Karimunjawa, yang sebagian besar dihuni masyarakat Muslim, berpotensi besar menjadi destinasi wisata halal bahari unggulan Indonesia, bahkan Asia Tenggara.
Wisata halal bukan hanya soal ketersediaan makanan dan fasilitas ibadah, tetapi juga menyangkut etika pariwisata yang menghargai lingkungan, budaya lokal, serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Penerbangan langsung memperkuat aspek-aspek ini dengan membuka jalur distribusi dan mobilitas yang lebih efisien.
Lebih dari sekadar mendatangkan wisatawan, akses yang membaik juga akan menggeliatkan sektor perhotelan, restoran lokal, jasa pemandu wisata, hingga penyewaan kapal dan alat selam. Dampaknya akan dirasakan oleh pelaku UMKM yang memproduksi kerajinan tangan, makanan khas, hingga pakaian etnik Jepara dan Karimunjawa.
Jepara sebagai kabupaten pengampu wilayah Karimunjawa punya peluang besar untuk membangun ekosistem pariwisata bahari yang holistik. Dukungan infrastruktur, penguatan SDM pariwisata lokal, dan pengembangan destinasi digital bisa disinergikan dengan transportasi udara ini.
Konsep ekowisata bahari pun kini menemukan jalannya. Karimunjawa memiliki ekosistem laut yang rentan namun luar biasa kaya: terumbu karang, padang lamun, hingga hutan mangrove. Dengan wisata yang lebih terorganisasi dan akses transportasi terukur, pelestarian bisa berjalan beriringan dengan eksploitasi wisata.