Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Benteng Beton vs Akar Mangrove, Polemik Giant Sea Wall di Pantura Jawa

15 Juni 2025   23:20 Diperbarui: 15 Juni 2025   23:20 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Giant Sea Wall Jakarta di pesisir Jakarta untuk melindungi banjir air laut (Sumber: chatnews.id)

Jika proyek Giant Sea Wall dipadukan dengan restorasi 100.000 hektare mangrove, seperti komitmen Indonesia dalam berbagai forum iklim global, maka proyek ini bisa menjadi landmark baru pembangunan hijau Indonesia. Namun jika tidak, ia akan dicatat sejarah sebagai proyek mahal yang membentengi daratan, sekaligus mengucilkan kehidupan bahari.

Pesisir adalah garis pertama pertahanan Indonesia dari krisis iklim. Jangan hanya kita bentengi dengan beton, tetapi kuatkan dengan hutan mangrove dan tekad bersama. 

Dari sisi pendanaan, proyek raksasa ini memerlukan skema keuangan campuran yang transparan: dari anggaran pusat, pinjaman luar negeri, hingga kontribusi daerah. Di sinilah pentingnya pengawasan publik dan audit sosial agar tidak terjadi korupsi ekologis dan finansial. Kita tidak hanya membangun beton, tapi membangun kepercayaan bangsa terhadap masa depan pesisirnya.

Hal yang paling mendesak kini adalah membentuk task force lintas sektor dan lintas ilmu, bukan hanya insinyur dan ekonom, tapi juga ekolog, ahli pesisir, antropolog, dan perwakilan nelayan. Mereka harus duduk setara di meja perencanaan. Karena laut bukan hanya milik negara, tapi rumah bagi jutaan masyarakat pesisir.

Proyek ini akan menjadi cermin apakah Indonesia benar-benar belajar dari krisis iklim atau hanya menambalnya dengan solusi cepat. Giant Sea Wall bisa menjadi giant opportunity bila dibangun dengan kebijaksanaan ekologis dan keberpihakan pada masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun