Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Banjir Rob Sayung, Kapan Negara Mengakui Ini Bencana Nasional?

15 Juni 2025   21:06 Diperbarui: 15 Juni 2025   21:06 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah harus segera mengklasifikasikan rob Sayung sebagai bencana nasional berbasis iklim. Ini penting untuk membuka akses anggaran penanggulangan bencana lintas sektor dan mempercepat koordinasi antar-lembaga. Status ini juga akan mendorong keterlibatan dunia internasional dalam penanganan pesisir Jawa yang semakin kritis.

Sayung adalah cermin peradaban yang terluka. Di sana, air pasang membawa bukan hanya garam, tapi juga luka kolektif bangsa. Ketika rakyat melantunkan istighosah di tengah rob, itu bukan sekadar doa namun panggilan untuk pemimpin yang mau mendengar dan bertindak. 

Krisis Sayung juga menjadi pelajaran bagi daerah pesisir lainnya di Indonesia. Dari Tegal, Semarang, Pekalongan, hingga Jakarta, semua berpotensi mengalami hal serupa. Jangan sampai Sayung menjadi preseden buruk atas kelalaian kita dalam menghadapi perubahan iklim global yang dampaknya lokal.

Saatnya negara hadir tidak hanya dalam bentuk rencana dan anggaran, tetapi juga dalam bentuk kehadiran yang nyata di tengah rakyat. Aksi istighosah ribuan warga NU itu harus menjadi pemantik bagi kepemimpinan nasional untuk berpihak pada suara yang datang dari genangan, dari lumpur, dari rob yang menenggelamkan harapan.

Sayung butuh keadilan ekologis, bukan sekadar janji. Karena rob bukan sekadar air, ia adalah potret ketimpangan pembangunan, kegagalan tata kelola lingkungan, dan abainya negara terhadap warga di garis terdepan perubahan iklim. Jika negara terus diam, maka sejarah akan mencatat: rakyat pernah berjalan kaki demi menyelamatkan tanah air yang tenggelam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun