Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Hidup Tak Selalu Indah, Tapi Selalu layak Diperjuangkan

8 Mei 2025   18:39 Diperbarui: 8 Mei 2025   18:39 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup memang tak selalu memberi kabar baik. Ada masa di mana langit tampak mendung, dan hujan seolah enggan reda. Di tengah perekonomian yang sedang tidak baik-baik saja, banyak orang mengalami satu realitas pahit, menganggur. Tak sedikit yang sudah melamar ke sana kemari, mengirim CV, mengikuti wawancara, bahkan tak jarang bersedia menerima pekerjaan di luar bidangnya, namun hasilnya nihil.

Keletihan mental dalam proses melamar kerja tanpa kepastian ini nyata adanya. Setiap "terima kasih, kami sudah memilih kandidat lain" adalah luka kecil yang makin lama makin perih. Harapan yang terus pupus perlahan menggerus kepercayaan diri. Pada saat yang sama, kondisi ekonomi terus mendesak. Harga kebutuhan pokok naik, dan tekanan sosial tidak pernah tidur.

Lalu bagaimana jika membuka usaha sendiri? Modal tidak ada. Tabungan terkikis. Bahkan ide pun rasanya buntu. Kita tahu betapa besar peluang wirausaha bagi yang punya akses terhadap modal, jejaring, dan kemampuan digital. Namun bagaimana jika ketiganya belum kita miliki? Apakah menyerah adalah jalan keluar?

Tidak. Hidup bukan hanya tentang menang atau kalah, tetapi tentang bertahan. Kita tidak selalu bisa mengendalikan keadaan, tetapi kita bisa mengendalikan respons kita. Di sinilah letak kekuatan sejati, kecerdasan emosional. Mengelola pikiran, perasaan, dan sikap adalah fondasi yang akan menentukan apakah kita tetap bisa berjalan ketika segala hal seolah menolak langkah kita.

Menganggur bukan berarti kita tidak berharga. Pekerjaan adalah identitas sosial, tetapi nilai kita tidak berhenti pada gaji bulanan. Di masa menganggur ini, jangan biarkan diri menjadi korban keputusasaan. Justru inilah momen terbaik untuk mengenali ulang potensi diri, menyusun ulang peta hidup, dan merawat daya tahan mental.

Ada banyak pekerjaan yang tidak tampak seperti pekerjaan. Membantu orang tua di rumah, menjaga keponakan, membersihkan lingkungan sekitar, bahkan membantu tetangga membuat pesanan makanan kecil, semua itu bisa menjadi titik awal membangun jejaring sosial dan reputasi positif. Kadang, pekerjaan besar dimulai dari hal paling sederhana.

Modal terbesar dalam usaha bukanlah uang, melainkan kepercayaan. Dan kepercayaan itu lahir dari kejujuran, kesungguhan, dan hubungan antar manusia. Jika Anda punya satu skill, meski tampak remeh seperti memasak, mengetik, desain sederhana, membuat caption media sosial, temukan satu orang yang bisa Anda bantu. Jadikan itu batu loncatan.

Banyak kisah sukses dimulai dari "menolong teman" lalu berakhir menjadi usaha jasa. Di era digital, Anda bisa menawarkan diri menjadi freelance dengan hanya bermodal gawai dan keberanian. Tidak perlu langsung sempurna. Hal yang penting, mulai. Kadang, kita hanya perlu satu langkah kecil untuk membuka seribu jalan. Di sisi lain, jangan abaikan pentingnya pengelolaan keuangan. Meskipun pemasukan belum pasti, belajar mengatur pengeluaran adalah langkah bertahan yang esensial. Pisahkan kebutuhan dan keinginan. Kurangi konsumsi impulsif. Latih diri untuk hidup secukupnya, bukan semau-maunya.

Ciptakan rutinitas produktif meski tidak bekerja formal. Bangun pagi, olahraga ringan, membaca, belajar dari video edukatif gratis, ikut webinar, atau menulis jurnal harian. Rutinitas menjaga kewarasan mental. Ia menjadi jangkar agar kita tidak terombang-ambing dalam rasa cemas yang sunyi. Bicara dengan orang yang kita percaya. Jangan menutup diri. Teman, keluarga, dan mentor spiritual, bisa menjadi lentera kecil dalam gelap. Kadang, solusi tidak muncul dari otak kita sendiri, tetapi dari percakapan hangat dan kehadiran orang lain yang tulus peduli.

Kita memang hidup di era kompetisi yang tinggi. Tapi tidak semua hal perlu dimenangkan. Kadang, cukup dengan terus berjalan, tanpa menyerah, tanpa kehilangan arah. Tuhan tidak pernah tidur. Harapan tidak pernah benar-benar mati. Selalu ada harapan bagi mereka yang sabar dan terus belajar. Jika hari ini terasa berat, bukan karena Anda lemah, tetapi karena Anda sedang mendaki. Dan seperti semua pendakian, langkah kecil, napas teratur, dan semangat yang dijaga akan membawa kita ke puncak. Ingat, pekerjaan bisa hilang, uang bisa habis, tapi harapan dan semangat hidup adalah milik kita sepenuhnya.

Tetaplah hidup, walau keadaan belum berpihak. Tetaplah percaya, walau pintu-pintu belum terbuka. Dunia ini luas, dan masa depan belum selesai ditulis. Siapa tahu, justru dari titik terendah inilah Anda menemukan versi terbaik dari diri Anda. Jangan menyerah. Bangkitlah. Hidup Anda terlalu berharga untuk dibiarkan padam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun