Jepara memiliki keunggulan dibanding Kendal dalam hal historisitas pelayaran dan warisan maritim. Sebagai tanah kelahiran Ratu Kalinyamat, pelabuhan Jepara pernah menjadi pusat ekspedisi laut Nusantara di abad ke-16. Menata ulang pelabuhan Jepara adalah menata ulang sejarah maritim Indonesia. Namun, sejarah harus bertemu inovasi. Maka, pelabuhan ini harus mengadopsi sistem port community system berbasis cloud yang mengintegrasikan bea cukai, logistik, dan pelayaran secara real time.
Selain itu, jangan sampai kesalahan Kendal terulang, yaitu kesalahan terlalu percaya bahwa kehadiran kawasan industri otomatis menciptakan kebutuhan pelabuhan. Justru sebaliknya, pelabuhan yang efisien akan menarik investasi industri baru. Maka, desain Pelabuhan Jepara harus berbasis potensi kapal penyeberangan logistik, kapal ekspor furnitur, kapal wisata, dan kapal perintis.
Dengan menyambut Hari Bumi, semestinya Jepara tampil sebagai model pembangunan berkelanjutan. Tak hanya mengejar arus barang, tapi juga merawat arus kehidupan. Pelabuhan yang dibangun di atas prinsip harmoni dengan alam akan menjadi warisan bukan hanya untuk ekonomi, tapi untuk generasi mendatang yang berhak atas laut yang bersih dan produktif.
Saat dunia mulai memindahkan fokus dari "build big" ke "build smart", maka Pelabuhan Jepara tak boleh hanya menjadi "proyek mercusuar". Ia harus menjadi pelabuhan masa depan yang inklusif, hijau, dan berbasis komunitas. Jika ini terwujud, Jepara akan mencatatkan namanya sebagai pionir pelabuhan biru Indonesia. Sebuah pelabuhan yang bukan hanya menopang ekonomi, tapi juga menjaga bumi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI