Kita hidup di masa transisi budaya kerja. Generasi pewawancara kalian berasal dari masa yang menghargai kesopanan, struktur, dan pengalaman. Sementara kalian hadir membawa kecepatan, ide brilian, dan keberanian mendobrak. Jembatani keduanya, jangan hanya berharap dunia berubah menyesuaikanmu.
Mulailah dari hal-hal kecil. Mulai dari tatapan mata saat bicara, nada suara yang hangat, senyum tipis saat membuka jawaban, serta kesediaan mendengar sebelum menyela. Itu bukan kepura-puraan. Itu adalah bagian dari kecerdasan sosial yang tak kalah penting dari IQ dan skill coding-mu. Jika kamu merasa canggung saat bicara langsung, latih dirimu. Ikuti kelas public speaking, praktik di depan cermin, minta temanmu mewawancarai secara simulatif. Seperti otot, keterampilan komunikasi pun bisa dilatih dan dikuatkan.
Interview bukan soal menjawab dengan cepat, tapi soal menyampaikan siapa dirimu dengan hangat.Â
Dan jangan takut gagal. Setiap interview yang tak berhasil adalah latihan yang mendekatkanmu pada satu kesempatan emas. Jangan putus asa, tetap tempa diri, dan terus belajar cara menjembatani kompetensimu dengan harapan perusahaan. Dunia kerja memang belum sempurna memahami Gen Z, tapi kalian juga perlu turun tangan membentuk jembatan itu. Jika kalian bisa belajar machine learning, pasti bisa belajar human understanding.
Percayalah, ketika kemampuan teknologimu yang luar biasa bersanding dengan kecerdasan sosial yang hangat, kamu bukan hanya kandidat yang kuat, kamu akan menjadi magnet di dunia profesional. Dan hari itu akan tiba. Kamu hanya perlu tetap mencoba---dengan cara yang lebih bijak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI