Dugderan bukan sekadar tradisi, tetapi simbol harmoni dalam keberagaman.Â
Semarang adalah miniatur keberagaman Indonesia, di mana berbagai etnis hidup berdampingan dalam harmoni. Dugderan menjadi simbol nyata bagaimana perbedaan dapat dirayakan, bukan dijadikan pemisah. Dalam kebersamaan ini, muncul semangat toleransi dan solidaritas yang memperkuat fondasi masyarakat madani yang inklusif dan damai. Warak Ngendog mengajarkan bahwa perpaduan budaya dapat melahirkan identitas unik tanpa menghilangkan ciri khas masing-masing. Kala itu, masyarakat Semarang identik dengan pecinan (warga etnis Cina), pakojan (warga etnis Arab), Kampung Melayu (warga perantauan luar Jawa), dan Kampung Jawa.Â
Untuk menjaga keberlanjutan harmoni ini, strategi pengembangan bina damai harus terus diterapkan melalui pendidikan, dialog lintas budaya, dan keterlibatan aktif generasi muda. Tradisi seperti Dugderan dapat dijadikan model dalam membangun kesadaran kolektif bahwa keberagaman adalah kekuatan. Dengan pendekatan berbasis kearifan lokal, masyarakat dapat semakin solid dalam menghadapi tantangan sosial dan menjaga warisan budaya sebagai aset bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI