Mohon tunggu...
Rail fauzan
Rail fauzan Mohon Tunggu... Penulis - Pegawai jalanan

Belajar dari semua dimensi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Esensi Kapitalisme

5 Agustus 2023   13:46 Diperbarui: 5 Agustus 2023   13:53 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Hey, tunggu sebentar jangan dulu pergi". Aku tidak bermaksud mengisi kekosonganmu, untuk mementingkan kepentingan pribadi sebagai esensi dari Kapitalisme. Untuk mendapatkan keuntungan pribadi tanpa perduli dengan teman, keluarga dan masyarakat yang ada di sekitarmu. 

Sebagaimana para penguasa dan pengusaha.Yang merampas hak-hak rakyat untuk kepentingannya sendiri. Contohnya para kuruptor di negeri ini. Rakyat bekerja mati-matian, pergi pagi pulang pagi untuk bekerja, dan membayar pajak. Yang ujung-ujungnya malah di korupsi dengan menghalalkan segala cara. Kemudian tenaga pendidik dan pelajar yang seharusnya di sejahterahkan dan di cerdaskan. Justru merasakan penderitaan untuk membiyai pendidikan, dan kegelisahan untuk memenuhi komsumsi sehari-hari. Bahkan para sarjana dan pemuda yang tidak memiliki latar keluarga yang berada. Merasan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.

Aku hanya bermaksud mengisi kekosonganmu dengan menjalin hubungan yang bermakna dengan orang lain. Untuk menghapus kegelisahanmu yang merasa sendiri di tengah keramaian dunia. Yah, jika kau bertanya mengapa hal itu terjadi ?. Aku pikir itu bukanlah hal tabu. Sebab ada banyak yang orang merasakan kesendirian itu tersamasuk aku. Tidak bisa di pungkiri, bahwa kita hidup dalam masyarakat yang sangat Individualistik. Dimana orang-orang serba sibuk mengejar kepentingan pribadinya, bahkan mengorbankan kepentingan bersama untuk kepentingannya sendiri. 

Yang akhirnya menciptakan kelompok-kelompok yang merasa tinggi dan kelompok yang di anggap  rendah. Berdasarkan status pekerjaan, pakaian, dan barang-barang yang mereka miliki. Tanpa melihat kualitas dari identitas setiap orang. Bahkan karena status pekerjaan pula, terkadang menjadi tolak ukur Nilai "Kemanusiaan" Seseorang, dan level mereka di dalam masyarakat. Dan tidak heran, jika orang berkata bahwa, Pengendali kejahatan terbaik dalam sebuah bangsa adalah penguasa.

Tentu dengan pola pikir yang demikian. Akan membuat kita mengabaikan orang-orang miskin, penggaguran dan para gelandangan jalanan. Yang seharusnya juga dipenuhi hak-hak kemerdekaannya sebagai manusia. Tetapi yang terjadi adalah justru sebaliknya. 

Perubahan zaman membawa perubahan baru dan meninggalkan nilai-nilai lama yang bercorak kemanusiaan. Seolah-soalah mempertahankan nilai-nilai lama sangat ketinggalan jaman. Yah, perkembangan jaman telah menggelapkan pikiran kita. Kita tak mampu melihat dengan lebih jeli bagaimana penderitaan orang-orang di negeri sendiri. Yang bahkan untuk sesuap nasi pun harus mengorbankan sisi kemanusiaanya. Sedangkan di satu sisi para penguasa yang seharusnya memenuhi hak mereka, justru merayakan penderitaan mereka dengan pesta pora.

Lambat laun, semua pemandangan itu mengganggu pikiran. Sekaligus menakutkan, seolah-seolah setiap dari kita harus di tuntut untuk bekerja, dan menjauhi orang-orang miskin. Mungkin tak berlebihan jika aku berkata bahwa semua itu, Seolah mendoktrin anak bangsa untuk berkompetisi dan menghalalkan segala cara untuk bersaing. Dan kita selalu merasa di iringi oleh ancaman, Jika orang-orang lebih sukses daripada kita. Akibatnya rasa nyaman yang seharusnya di nikmati setelah proklamasi kemerdekaan di suarakan. Tidak sepenuhnya di nikmati setiap insan.

Begitupan pergaulan sehari-hari, kita seolah di pecah menjadi dua bagian. Dimana kelompok orang kaya, hanya bisa bergaul dengan orang kaya. Dan kelompok orang miskin hanya bisa berteman dengan miskin. Yah, perbedaan status pekerjaan dan tahta membuat kita lupa memanusiakan manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun