Â
Kalimantan Selatan dikenal luas sebagai daerah yang kaya akan ekosistem lahan basah. Salah satu wilayah yang mencerminkan kondisi tersebut adalah Kota Banjarmasin, yang bahkan dijuluki sebagai "Kota Seribu Sungai." Di wilayah Kecamatan Banjarmasin Barat, lahan basah tidak hanya menjadi bagian dari lanskap alam, tetapi juga sumber kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakatnya.
Namun, seiring pertumbuhan kota dan peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman maupun kegiatan ekonomi, pengelolaan lahan basah menjadi tantangan yang semakin nyata. Untuk mengetahui bagaimana masyarakat memandang lahan basah di daerah ini, dilakukan survei sederhana terhadap lima orang responden yang tinggal di RT 47, RW 14, Kecamatan Banjarmasin Barat.
A. Wawancara dengan Responden
Berdasarkan hasil kuesioner yang dikumpulkan, masing-masing responden memiliki pandangan dan pengalaman berbeda terhadap pengelolaan serta pemanfaatan lahan basah.
1. Responden 1 (27 tahun, Sales)
Menurutnya, lahan basah merupakan sumber penghidupan alami yang seharusnya dijaga karena menjadi tempat resapan air. Ia menilai bahwa banyak warga kini mulai mengubah lahan basah menjadi area bangunan tanpa memperhatikan dampak lingkungan. "Lahan seperti ini penting supaya air hujan bisa meresap dan tidak menimbulkan banjir," ujarnya.
2. Responden 2 (39 tahun, Sales)
Ia mengungkapkan bahwa pembangunan yang tidak terkendali sering kali menutup lahan basah dan membuat drainase tidak berfungsi dengan baik. Ia berharap pemerintah lebih tegas dalam mengatur tata ruang. "Kalau lahan basah terus tertutup bangunan, banjir pasti makin sering terjadi," katanya.
3. Responden 3 (23 tahun, Honorer)
Responden muda ini berpendapat bahwa lahan basah dapat dijadikan ruang terbuka hijau sekaligus destinasi wisata alam lokal. "Kalau dikelola dengan baik, bisa jadi tempat wisata edukatif. Orang-orang bisa tahu fungsi lahan basah tanpa harus merusaknya," katanya.